Satelit Biomass buatan Airbus untuk Badan Antariksa Eropa (ESA) telah tiba di Kourou, Guyana Prancis, untuk mempersiapkan peluncuran yang dijadwalkan pada awal April 2025. Pengiriman satelit ini merupakan langkah penting dalam misi ESA untuk penelitian iklim dan pengelolaan sumber daya hutan di seluruh dunia.
Alain Fauré, Kepala Sistem Antariksa di Airbus Defence and Space, menginformasikan bahwa satelit Biomass telah meninggalkan Toulouse dan dikirim melalui jalur laut ke lokasi peluncuran. Menurut Alain, “Sebagai satelit Earth Explorer, Biomass merupakan misi utama ESA untuk mengukur biomassa hutan dan menilai stok serta aliran karbon di daratan dari ketinggian 666 km di atas permukaan bumi.”
Biomass dilengkapi dengan radar aperture sintetis (SAR) P-band pertama yang beroperasi di luar angkasa. Teknologi ini memungkinkan pembuatan peta biomassa hutan tropis, sedang, dan boreal dengan akurasi tinggi. Data yang dikumpulkan dari satelit ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang stok dan aliran karbon, serta meningkatkan pemahaman mengenai peran hutan dalam mengatur iklim global.
Pengembangan satelit ini memerlukan teknologi canggih, termasuk antena lipat yang berukuran 12×15 meter. Antena ini dirancang khusus untuk menangkap data radar yang dipantulkan dan digunakan untuk menyusun peta global biomassa. Metode ini sangat penting karena informasi mengenai perubahan biomassa akibat kehilangan hutan, seperti penebangan atau kebakaran, sulit diperoleh melalui teknik pengukuran darat.
Seiring dengan pengiriman satelit, tim insinyur dari Airbus yang berlokasi di Stevenage, Inggris, telah berhasil menyelesaikan serangkaian uji coba di Toulouse. Uji coba tersebut melibatkan kolaborasi dari berbagai lokasi, termasuk Airbus di Friedrichshafen, Jerman, serta tim industri lainnya. Saat ini, tim sedang mempersiapkan fase komisioning dan operasional setelah peluncuran, sedangkan tim terpisah akan fokus pada pengiriman transponder kalibrasi yang akan ditempatkan di New Norcia, Australia.
Satelit Biomass dijadwalkan akan diluncurkan menggunakan roket Vega-C dari Kourou. Setelah peluncuran, satelit ini diharapkan dapat beroperasi di orbit selama lima tahun, memberikan data yang berharga untuk penelitian ilmiah dan upaya pelestarian lingkungan.
Pengembangan dan pengujian satelit Biomass melibatkan lebih dari 50 perusahaan dari 20 negara, menunjukkan kerjasama internasional dalam upaya memahami dan mengatasi perubahan iklim. Misi ini tidak hanya bertujuan untuk pencatatan biomassa, tetapi juga untuk mendukung kebijakan iklim yang lebih baik dan memberikan data yang diperlukan untuk pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Dengan peluncuran satelit Biomass, ESA ingin melakukan pengukuran yang lebih tepat terkait kondisi hutan di planet ini, mengingat peran hutan dalam menyerap karbon dioksida dan dampaknya terhadap perubahan iklim global. Hal ini menjadikan Biomass salah satu proyek kunci dalam rangkaian misi Earth Explorer yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang proses-proses bumi dan interaksi antara manusia dan lingkungan.