Kurangnya aktivitas seksual dalam kehidupan seseorang ternyata dapat mendatangkan sejumlah konsekuensi serius, baik secara emosional maupun kesehatan fisik dan mental. Menurut Dr. Sham Singh, seorang psikolog dan spesialis kesehatan seksual, aktivitas seksual tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga berfungsi sebagai penawar stres alami. Ketika dorongan seksual ditekan tanpa alternatif untuk meredakan ketegangan, hal ini dapat memicu masalah seperti kecemasan, iritabilitas, dan fluktuasi suasana hati.
Dr. Singh menjelaskan bahwa hubungan seksual dapat meningkatkan kadar endorfin dan oksitosin dalam tubuh, zat kimia yang bertanggung jawab atas pengurangan rasa sakit dan peningkatan rasa bahagia. Selama hubungan seksual, kadar endorfin dalam tubuh bahkan dapat meningkat hingga 200 persen. Ini menunjukkan pentingnya aktivitas seksual bagi kesejahteraan mental.
Studi terkini juga menunjukkan bahwa aktif secara seksual dapat mengurangi tingkat kecemasan. Sebuah penelitian pada tahun 2021 melibatkan 4.000 partisipan dan menemukan bahwa mereka yang aktif dalam hubungan seksual selama masa pandemi mengalami kecemasan lebih rendah dibandingkan mereka yang memilih untuk abstain. Selain itu, kurangnya aktivitas seksual juga bisa memperburuk perasaan malu dan kecemasan sosial, yang berdampak pada peningkatan stres.
Dampak negatif dari kurangnya aktivitas seksual tidak terbatas pada kesehatan mental saja. Menurut Dr. Singh, ada sejumlah konsekuensi fisik yang mengikutinya, seperti ketegangan otot, kesulitan berkonsentrasi, dan hipersensitivitas terhadap sentuhan. Orang yang tidak aktif secara seksual juga lebih rentan terhadap gangguan tidur dan perubahan pola makan yang diakibatkan oleh fluktuasi hormon seperti testosteron, estrogen, dan kortisol.
Abstain dari aktivitas seksual dalam jangka panjang bisa mempengaruhi tingkat energi, nafsu makan, dan pola tidur. Aktivitas seksual diketahui sebagai salah satu cara alami untuk merelaksasi tubuh dan meningkatkan kualitas tidur, berkat pelepasan oksitosin yang terjadi setelah berhubungan seksual.
Sebuah tinjauan yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine pada tahun 2023 menganalisis 43 studi dan menemukan adanya hubungan signifikan antara kualitas tidur dan frekuensi aktivitas seksual. Lebih mengkhawatirkannya, penelitian dari University of Pennsylvania menyebutkan bahwa wanita berusia 20 hingga 59 tahun yang berhubungan seks kurang dari sekali seminggu memiliki risiko kematian 70 persen lebih tinggi dalam lima tahun ke depan.
Para peneliti menemukan bahwa wanita dalam kelompok ini menunjukkan kadar protein tertentu yang lebih tinggi, berhubungan dengan peradangan, yang dapat merusak sel, jaringan, dan organ tubuh. Sebaliknya, wanita yang aktif secara seksual lebih dari sekali seminggu menunjukkan kadar protein yang lebih rendah dan tidak mengalami peningkatan risiko kematian.
Dari data dan temuan ini, semakin jelas bahwa bahaya kurang seks bukan hanya isu pribadi, tetapi juga berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Aktivitas seksual yang sehat dan terjaga tidak hanya memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan fisik dan mental, tetapi juga secara signifikan dapat membantu mengurangi risiko berbagai kondisi kesehatan serius, termasuk kematian prematur. Oleh karena itu, penting untuk berbicara tentang isu ini secara terbuka dan menciptakan kesadaran akan kebutuhan akan aktivitas seksual yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.