Xi Jinping: China Harus Mandiri di Teknologi AI untuk Bersaing dengan AS

Presiden China, Xi Jinping, baru-baru ini menegaskan pentingnya kemandirian negaranya dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), terutama sebagai respons terhadap persaingan yang semakin ketat dengan Amerika Serikat (AS). Dalam sesi studi Politbiro yang berlangsung pada akhir pekan lalu, Xi mengungkapkan bahwa China harus berusaha maksimal untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi ini.

“Dalam konteks kompetisi global, kita harus menyadari masih adanya celah dan menggandakan upaya untuk mendorong inovasi teknologi, pertumbuhan industri, serta penerapan AI secara luas,” jelas Xi, seperti dilaporkan oleh Reuters. Komitmen ini muncul seiring dengan semakin meningkatnya perhatian dunia terhadap perkembangan teknologi AI, di mana AS secara tradisional dianggap sebagai pemimpin.

Salah satu langkah konkret yang dicanangkan Xi adalah memanfaatkan sistem nasional terintegrasi untuk mempercepat laju pembangunan AI di China. Ia berjanji akan memberikan dukungan kebijakan yang mencakup berbagai aspek, mulai dari pengadaan pemerintah, perlindungan hak kekayaan intelektual, hingga penelitian dan pengembangan sumber daya manusia.

Dalam setahun terakhir, banyak pengamat mencatat kemajuan pesat yang dicapai oleh China dalam upayanya mengejar AS di bidang AI. Salah satu contohnya adalah kemunculan DeepSeek, sebuah startup asal China yang berhasil memperkenalkan model penalaran AI yang inovatif. Model ini dikembangkan dengan menggunakan chip yang relatif kurang canggih namun tetap efisien, sehingga menjadikannya lebih murah dibandingkan produk serupa dari Barat.

Langkah inovatif yang diambil oleh DeepSeek ini menggugurkan anggapan bahwa sanksi teknologi dari AS dapat melumpuhkan pertumbuhan industri AI China. Munculnya ChatGPT dari OpenAI pada akhir 2022 bahkan semakin memicu persaingan di pasar global. Xi menekankan pentingnya untuk terus memperkuat riset fundamental dan memusatkan upaya dalam menguasai teknologi inti, termasuk chip berperforma tinggi dan perangkat lunak dasar. Ini penting untuk membangun sistem perangkat lunak dan perangkat keras yang independen dan kolaboratif.

Lebih jauh, Xi Jinping juga mendesak adanya percepatan regulasi serta pembentukan kerangka hukum yang berkaitan dengan AI. Ia menekankan perlunya sistem peringatan risiko dan tanggap darurat untuk memastikan keamanan, keandalan, dan kontrol teknologi AI.

Tahun lalu, dalam konteks global, Xi menyatakan bahwa AI tidak seharusnya menjadi monopoli negara-negara kaya. Ia menyuarakan pentingnya tata kelola global dan kerja sama internasional yang bertujuan untuk mewujudkan masa depan AI yang inklusif dan bertanggung jawab.

Berikut adalah beberapa langkah yang dianggap krusial dalam pengembangan AI di China:

  1. Dukungan Kebijakan: Xi menjanjikan dukungan dari pemerintah untuk memperkuat inovasi dan riset di sektor AI.

  2. Inovasi Teknologi: Pentingnya mengejar penguasaan teknologi inti seperti chip berperforma tinggi dan perangkat lunak dasar.

  3. Regulasi yang Dipercepat: Perlu adanya kerangka hukum yang jelas terkait penggunaan dan pengembangan AI.

  4. Keselamatan dan Keandalan: Membangun sistem untuk mengantisipasi risiko dan tanggap darurat terhadap teknologi AI.

  5. Kerja Sama Internasional: Xi juga mengajak negara lain untuk berkolaborasi, menjamin bahwa kemajuan dalam AI bisa dirasakan secara global dan tidak eksklusif bagi negara-negara maju.

Dalam situasi geopolitik yang semakin kompleks, strategi yang diambil oleh China mencerminkan upaya untuk tidak hanya mengejar, tetapi juga menciptakan posisi dominan di bidang teknologi AI. Dengan dorongan yang kuat dari kepemimpinan Xi Jinping, terlihat jelas bahwa China berambisi untuk menjadi pemain utama dalam era digital yang semakin didominasi oleh kecerdasan buatan.

Berita Terkait

Back to top button