
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kesuksesan film animasi berjudul “Jumbo”, yang telah berhasil mencapai 5 juta penonton hanya dalam waktu singkat sejak perilisannya. Capaian ini menjadikan “Jumbo” sebagai film animasi terlaris di box office Indonesia, mengalahkan film terkenal “Frozen 2” yang sebelumnya memegang rekor dengan 4,6 juta penonton.
Dalam acara menonton bersama anak-anak yatim di Senayan City, Jakarta Pusat, pada 11 April 2025, Gibran menyatakan bahwa keberhasilan “Jumbo” adalah sebuah tonggak sejarah yang menandakan era baru bagi industri animasi di Indonesia. “Jumbo merupakan karya animator muda Indonesia yang berhasil menembus 5 juta penonton. Ini menjadi era baru industri animasi Indonesia,” kata Gibran saat acara tersebut, yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Wakil Presiden.
Film “Jumbo” yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy ini mengambil cerita tentang Don, seorang anak laki-laki bertubuh bongsor yang sering menjadi korban perundungan oleh teman-temannya. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Don dalam film ini mampu menemukan kekuatan dalam dirinya dan bertransformasi menjadi sosok penolong, bahkan bagi mereka yang pernah menyakitinya. Pesan moral penting yang diangkat dalam film ini meliputi keberanian, penerimaan diri, dan kekuatan persahabatan.
Gibran juga menekankan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film tersebut. Ia mengajak anak-anak yang menonton “Jumbo” untuk berani bermimpi, menjadi diri sendiri tanpa rasa takut, dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi rintangan hidup. Dalam konteks ini, Gibran menyatakan bahwa penayangan film seperti “Jumbo” memiliki potensi untuk membangun karakter yang positif pada generasi muda Indonesia.
Lebih lanjut, Wakil Presiden menyebutkan bahwa film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat merangsang imajinasi anak-anak dan mendorong mereka untuk mengekspresikan diri. “Pendekatan cerita seperti ini sangat efektif dalam menumbuhkan pribadi anak-anak Indonesia yang inklusif, tangguh, dan berkarakter,” tambahnya.
Pencapaian film “Jumbo” tidak hanya mencerminkan kepopuleran di kalangan penonton, tetapi juga menjadi tanda bahwa industri animasi di Indonesia semakin berkembang. Dengan adanya karya-karya berkualitas seperti ini, diharapkan akan ada lebih banyak animator dan kreator muda yang dapat berkontribusi dalam ekosistem perfilman animasi Tanah Air.
Dalam konteks yang lebih luas, Gibran menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri kreatif, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan industri animasi di Indonesia. Dengan semua dukungan ini, dikhawatirkan industri animasi Indonesia akan terus maju dengan menghadirkan karya-karya yang tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga mengandung nilai edukatif dan moral yang tinggi.
Kesuksesan “Jumbo” dapat menjadi motivasi bagi berbagai kreator dan animator muda untuk terus berkarya serta memperkenalkan budaya dan cerita lokal Indonesia melalui medium animasi. Dengan fondasi yang kuat ini, masa depan industri animasi Indonesia terlihat menjanjikan dan diharapkan dapat menciptakan lebih banyak film berkualitas yang dapat bersaing di kancah internasional.