
Walmart, raksasa ritel asal Amerika Serikat, baru-baru ini membantah laporan yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut sedang mempertimbangkan akuisisi aplikasi video pendek TikTok. Pembantahan ini muncul setelah beredarnya informasi melalui media sosial mengenai ketertarikan Walmart untuk bergabung dengan sekelompok investor dalam proses akuisisi TikTok.
Sumber berita dari Reuters pada 5 April 2025 mengungkapkan bahwa kabar tersebut berawal dari sebuah postingan di X (Twitter) oleh reporter ABC News, Selina Wang. Dalam cuitannya, Wang menyebutkan bahwa Walmart dianggap aktif mempertimbangkan partisipasinya dalam akuisisi TikTok, berdasarkan informasi dari sumber yang dekat dengan proses tersebut. Ketertarikan Walmart dikaitkan dengan langkah Amazon yang juga dilaporkan berupaya membeli aplikasi yang sangat populer di kalangan pengguna muda tersebut.
Namun, juru bicara Walmart cepat mengoreksi informasi tersebut. Mereka menyatakan dengan tegas bahwa laporan tersebut tidak benar. Lebih lanjut, juru bicara mengonfirmasi bahwa artikel yang memuat klaim tersebut telah dihapus dari situs resmi ABC News. Saat ini, tautan menuju artikel tersebut hanya menampilkan pesan “halaman tidak tersedia”, menunjukkan bahwa pemberitaan itu tidak lagi dapat diakses. Hingga saat ini, ABC News juga belum memberikan pernyataan lebih lanjut mengenai penghapusan artikel yang mengandung informasi tersebut.
Walmart sebelumnya sudah terlibat dalam diskusi mengenai TikTok pada tahun 2020, ketika perusahaan ini mempertimbangkan untuk berkolaborasi dengan Microsoft dalam upaya akuisisi aplikasi tersebut. Namun, kesepakatan pada akhirnya tidak terwujud dan TikTok tetap menjadi milik perusahaan induknya, ByteDance.
Dalam konteks yang lebih luas, TikTok telah menjadi sorotan di Amerika Serikat, terutama berkaitan dengan masalah privasi dan keamanan data pengguna. Mantan Presiden Donald Trump berulang kali memperpanjang ancaman pelarangan TikTok di AS, yang dilihat sebagai langkah untuk memaksa perusahaan asal Tiongkok tersebut menjual operasi bisnisnya di negara ini. Kebijakan ini sebelumnya diperpanjang dua kali dan menjadi bagian dari perhatian banyak pihak di jagat bisnis dan teknologi.
Adanya ketegangan antara China dan AS juga turut berkontribusi terhadap situasi TikTok. Pemerintah AS selalu memperingatkan potensi risiko keamanan yang ditimbulkan oleh aplikasi ini, mengingat besar kemungkinan data pengguna diakses oleh pemerintah Tiongkok. Hal ini berdampak pada banyak perusahaan, termasuk ritel besar seperti Walmart, yang selalu mempertimbangkan citra publik dan respon konsumen dalam keputusan bisnis mereka.
Saat ini, Walmart memfokuskan langkah strategisnya pada ekosistem ritel dan teknologi yang lebih luas, termasuk memperluas kehadiran online dan meningkatkan layanan pengantaran. Sejumlah analis memprediksi bahwa Walmart akan lebih cenderung berinvestasi dalam platform yang memperkuat kehadiran digital mereka, daripada terlibat dalam akuisisi besar-besaran, seperti TikTok. Dengan tetap bersaing melawan rival-rivalnya, khususnya di sektor e-commerce, Walmart harus berpikir cermat dalam mengadaptasi strategi yang diperlukan di era digital ini.
Kendati begitu, situasi seputar TikTok dan langkah-langkah berbagai perusahaan besar seperti Walmart untuk merespons perkembangan ini akan terus menjadi perbincangan. Potensi akuisisi atau kolaborasi di masa mendatang tetap berpotensi menarik, tetapi saat ini, Walmart menegaskan komitmennya untuk beroperasi di luar kabar-kabar yang tidak berdasar. Pengembangan selanjutnya dari kedua entitas, baik Walmart maupun TikTok, pasti akan menarik untuk diikuti oleh pelaku industri dan para konsumen.