Vivo, sebagai salah satu pelaku utama dalam industri teknologi global, baru-baru ini meluncurkan Vivo Robotics Lab, yang diharapkan dapat menghapus batasan antara dunia nyata dan digital. Peluncuran ini berlangsung pada Forum Tahunan Boao untuk Asia 2025, di Boao, Provinsi Hainan, China dan menandai pengembangan signifikan dalam inovasi teknologi robotika yang ditujukan untuk penggunaan konsumen pribadi.
Vivo, yang telah mengembangkan teknologi BlueTech selama lebih dari satu dekade, berfokus pada dua komponen inti dalam pengembangan robotika, yaitu otak dan mata. Menurut Wakil Presiden Eksekutif dan Chief Operating Officer Vivo, Hu Baishan, perusahaan berusaha memanfaatkan keunggulan dalam pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) berskala besar dan teknologi imaging, serta kemampuan komputasi spasial real-time dari Vivo Vision.
“Berbeda dengan pendekatan industri lainnya yang sering kali menargetkan sektor komersial atau industri berat, kami memilih untuk mengembangkan produk robotika yang lebih personal dan ramah bagi rumah tangga,” kata Baishan. Dengan cara ini, Vivo berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin bergantung pada teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Peluncuran Vivo Robotics Lab juga menandai hadirnya solusi berkelanjutan yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dalam kesempatan ini, Baishan mengungkapkan bahwa teknologi yang dihadirkan dari laboratorium diharapkan dapat berkontribusi langsung pada kehidupan masyarakat, menghadirkan manfaat nyata melalui inovasi yang terus diperbarui.
Salah satu inovasi yang diperkenalkan pada forum tersebut adalah Headset Vivo Vision Mixed Reality, sebuah perangkat yang menjadi tonggak penting dalam eksplorasi teknologi realitas campuran. Penggunaan perangkat seperti ini tidak hanya membuka potensi baru dalam interaksi pengguna dengan dunia digital, tetapi juga dalam menggabungkan elemen fisik dan virtual dalam satu kesatuan pengalaman.
Selain pengenalan teknologi baru, Vivo juga mempersiapkan peluncuran smartphone flagship terbarunya, vivo X200 Ultra, yang dijadwalkan rilis bulan depan di China. Smartphone ini tidak hanya membawa teknologi imaging terbaru, tetapi juga menjadi bagian dari visi Vivo untuk mengintegrasikan berbagai aspek inovasi dalam satu ekosistem perangkat.
Baishan juga menjelaskan bahwa masa depan robotika yang berorientasi pada konsumen sangat relevan dengan ekosistem teknologi saat ini. Kenaikan minat terhadap AI, perangkat wearable, dan smart home menunjukkan potensi besar bagi Vivo untuk memperkenalkan solusi robotika yang aman dan bermanfaat. “Kami melihat peluang besar untuk menghadirkan teknologi yang mudah diakses untuk keluarga modern,” tambahnya.
Dalam upayanya untuk terus berinovasi, Vivo juga menunjukkan kolaborasi dengan mitra industri lainnya guna mendorong transformasi digital ke level yang lebih tinggi. “Dengan menciptakan lingkungan di mana robotika dapat memperkaya kehidupan sehari-hari tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, kami ingin mendorong pemikiran baru tentang bagaimana teknologi bisa berperan dalam masyarakat,” ungkap Baishan.
Forum tersebut juga menjadi kesempatan bagi Vivo untuk memamerkan berbagai teknologi terdepan, termasuk rangkaian Blue Technology Matrix, perlengkapan vivo Vision, dan teknologi komunikasi 6G, yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap berada di garis depan inovasi teknologi global.
Dengan lebih dari 500 juta pengguna di lebih dari 60 negara, Vivo terus berkomitmen untuk mengembangkan dan menghadirkan solusi-teknologi terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Filosofi bisnis Vivo yang mengedepankan visi jangka panjang, pendekatan humanis, serta kolaborasi, menjadi kunci kesuksesan perusahaan dalam meraih posisi sebagai pemimpin pasar di China selama empat tahun berturut-turut.
Perkembangan ini menjadi sinyal positif bagi industri teknologi, terutama dalam menciptakan masa depan di mana batasan antara dunia nyata dan digital semakin menghilang, dan memudahkan masyarakat untuk mengakses teknologi yang mendukung kehidupan sehari-hari.
