
Seorang wanita asal Zhejiang, China, menjadi viral setelah mengklaim bahwa dia terkena virus herpes akibat menggunakan mikrofon di tempat karaoke. Dalam video yang diunggahnya di platform Douyin, wanita yang belum disebutkan namanya itu menceritakan pengalaman mengerikannya yang terjadi sejak tahun 2017.
Menurut pengakuannya, saat berkunjung ke karaoke, ia begitu semangat bernyanyi sehingga memegang mikrofon terlalu dekat dengan mulut. Beberapa waktu setelahnya, ia merasakan munculnya lepuh kecil bernanah di sekitar bibir yang menyebabkan rasa sakit dan gatal. Awalnya, wanita tersebut mengabaikannya, namun lepuh tersebut kembali muncul setelah beberapa hari.
Penting untuk dicatat bahwa virus herpes sederhana tipe 1 (HSV-1) ini tidak hanya menyebabkan luka pada mulut, tetapi juga dapat menular melalui kontak langsung dengan area yang terinfeksi. Sebagai dampak dari pengalaman itu, wanita tersebut kini harus hidup dengan virus ini seumur hidup, karena saat ini belum ada obat yang dapat mengeluarkan virus tersebut dari tubuh.
“Saya harus memiliki virus ini seumur hidup. Tidak ada obat yang bisa benar-benar menyembuhkan,” ungkapnya dalam video tersebut. Ia menyebutkan bahwa hanya ada obat untuk mengurangi rasa sakit saat gejala kambuh.
Meski cerita ini telah menjadi viral, dokter kulit belum mengonfirmasi klaim wanita tersebut. Kontroversi ini menarik perhatian banyak orang, mengingat potensi penularan virus melalui mikrofon yang digunakan secara bergantian di tempat karaoke.
Dalam konteks ini, beberapa ahli kesehatan menanggapi fenomena tersebut. Mereka menegaskan bahwa herpes dapat menular melalui kontak fisik, namun peluang terinfeksinya melalui sebuah mikrofon yang terkontaminasi masih menjadi tanda tanya.
Pihak dokter merekomendasikan agar pengunjung karaoke lebih berhati-hati dalam menggunakan alat musik atau mikrofon. Penggunaan pelindung atau membersihkan mikrofon dengan disinfectant bisa menjadi langkah pencegahan yang baik.
Dalam catatan lain, informasi mengenai vaksin untuk herpes zoster yang sedang diteliti juga mencuat, dengan banyak peneliti mencari cara untuk mengurangi risiko infeksi di masa depan. Namun, pada kasus ini, wanita tersebut menjadi contoh nyata betapa pentingnya menjaga kebersihan saat menggunakan peralatan publik.
Kisahnya mengundang diskusi di berbagai platform media sosial, dengan banyak pengguna yang memberikan pendapat dan pengalaman mereka sendiri. Popularitas cerita ini mendorong banyak orang untuk lebih memahami tentang risiko kesehatan terkait penggunaan barang-barang bersama, terutama di tempat umum seperti karaoke.
Sementara itu, risiko infeksi virus herpes tetap menjadi perhatian, terutama untuk orang-orang yang tidak menyadari cara penularannya. Para ahli kesehatan mendorong pendidikan publik mengenai virus ini, agar masyarakat lebih sadar dan proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Pengalaman wanita ini, meskipun tampak sebagai insiden tunggal, mencerminkan kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan kebersihan, terutama saat terlibat dalam kegiatan sosial. Diskusi mengenai virus herpes dan cara penularannya diharapkan dapat membantu orang-orang untuk lebih berhati-hati dalam situasi serupa di masa depan.