
Ketua Parlemen Turki, Numan Kurtulmus, menegaskan komitmen negara tersebut untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia, terutama melalui peningkatan kerja sama antarparlemen. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan secara daring, Kurtulmus menyampaikan, “Kami bertekad untuk lebih mengembangkan kerja sama dan solidaritas antarparlemen nasional kita.” Pernyataan ini disampaikan pada tanggal 10 April 2025, dan pada kesempatan itu, ia mengumumkan rencana pertemuan khusus antara perwakilan Parlemen Turki dan Indonesia yang dijadwalkan pada 18 April 2025. Pertemuan ini akan membahas dukungan terhadap Palestina dan akan dihadiri langsung oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani.
Kurtulmus menekankan pentingnya kolaborasi dalam isu-isu internasional, terutama dukungan untuk Palestina, di mana kedua negara telah lama bekerja sama dalam berbagai forum, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan G20. Dalam konteks dukungan ini, ia mengapresiasi peran aktif Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yang sejak menjabat pada Oktober 2024 telah mendorong penguatan hubungan Indonesia-Turki. Pertemuan Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi Indonesia-Turki yang berlangsung di Jakarta pada Februari lalu menjadi salah satu contoh konkret dari inisiatif ini.
Kurtulmus juga menggarisbawahi pentingnya kehadiran Presiden Prabowo di Antalya Diplomacy Forum yang diadakan pada 11 April 2025, sebagai bagian dari upaya untuk memperkokoh hubungan antar kedua negara. Ia mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan Indonesia terhadap Yunus Emre Institut, pusat kebudayaan Turki yang telah berdiri di Indonesia sejak 2007 dan kini aktif dalam pengajaran bahasa Turki.
Dari perspektif sejarah, Kurtulmus menyatakan bahwa hubungan antara Indonesia dan Turki telah terjalin sejak abad ke-16 pada masa Kekaisaran Ottoman dan terus berlanjut hingga kini. “Ikatan sejarah dan nilai-nilai bersama merupakan fondasi kuat dalam mempererat hubungan persahabatan antara kedua negara,” tuturnya. Meskipun kedua negara berada jauh secara geografis, interaksi antara mereka selalu hangat dan bersahabat.
Dalam konteks perubahan geopolitik global, Kurtulmus menyoroti bahwa sistem internasional saat ini mulai bergeser ke arah multipolaritas, dengan Asia menjadi pusat gravitasi baru. Hal ini memberi tantangan dan kesempatan bagi Indonesia dan Turki untuk berkolaborasi lebih erat dalam menghadapi dinamika global yang berubah.
Adanya keputusan untuk meningkatkan kerjasama ini disertai dengan harapan akan perkembangan signifikan di berbagai sektor, antara lain perdagangan, pertahanan, industri, pertanian, kesehatan, dan pariwisata. Kurtulmus meyakini bahwa kunjungan resmi Presiden Prabowo, yang juga bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki, akan menjadi momen krusial dalam memperkuat kerja sama yang lebih luas dan strategis.
Sebagai catatan tambahan, kunjungan Prabowo ke Turki merupakan tindak lanjut dari undangan resmi yang disampaikan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan pada kunjungannya ke Indonesia pada Februari 2025. Dalam kunjungannya, Prabowo juga menyampaikan pidato yang berisi pesan persahabatan dan komitmen kedua negara untuk terus menjaga kerja sama yang telah terjalin sekian lama.
Dengan langkah-langkah konkrit dalam memperkuat hubungan antar parlemen dan dukungan terhadap isu-isu global seperti Palestina, diharapkan kerja sama antara Indonesia dan Turki dapat semakin solid di masa depan, dan menciptakan manfaat bagi kedua negara serta masyarakat internasional.