Internasional

Trump Ingin Beli Gaza, Hamas Berang: Ini Bukan Real Estate!

Gaza, Octopus – Keinginan kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk membeli dan menguasai jalur Gaza telah menimbulkan reaksi keras dari kelompok Hamas. Pernyataan Trump dinilai tidak hanya absurd, tetapi juga mencerminkan ketidaktahuan yang mendalam tentang situasi kompleks di wilayah tersebut.

Minggu lalu, dalam flyby di atas Air Force One menuju New Orleans, Trump secara terbuka menyatakan, “Saya berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza.” Dalam pernyataannya, ia mengklaim bahwa daerah tersebut adalah wilayah yang tidak layak huni dan menyarankan agar negara lain dapat mengembangkan sebagian dari wilayah itu. Ucapan ini langsung menuai kritik tajam dari berbagai penjuru, termasuk dari negara-negara Arab, serta negara-negara lain seperti Kanada, Prancis, Jerman, dan Inggris.

Respon penuh kemarahan datang dari Izzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, yang dengan tegas menyatakan, “Kami mengecam pernyataan Trump tentang membeli dan memiliki Gaza. Pernyataan ini tidak masuk akal.” Dalam pernyataannya, Izzat menegaskan bahwa Gaza bukan sekadar sebidang real estate yang bisa dibeli atau dijual. “Ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanah Palestina yang kami duduki,” tambahnya.

Lebih lanjut, Izzat memperingatkan Trump bahwa pendekatan yang menganggap Palestina sebagai objek perdagangan real estate akan menemui kegagalan. “Rakyat Palestina akan menggagalkan semua rencana pemindahan dan relokasi paksa,” katanya. Pernyataan ini mencerminkan rasa ketidakpuasan dan penolakan yang mendalam terhadap pandangan Trump tentang isu Palestina.

Latar belakang historis situasi di Gaza dan konflik Palestina-Israel memberikan konteks terhadap kecaman yang dilontarkan Hamas. Gaza merupakan wilayah yang mengalami konflik berkepanjangan, di mana ribuan orang menjadi korban akibat ketegangan yang terus berlangsung. Banyak warga Gaza juga hidup dalam kondisi yang sangat sulit, dengan blokade yang mengakibatkan krisis kemanusiaan.

Sebelumnya, Trump juga mengungkapkan rencananya yang lebih luas untuk menguasai Gaza, dengan menyebutkan akan mendirikan rencana pembangunan kembali yang “luar biasa.” Namun, rencana tersebut mendapat sambutan negatif. Banyak pihak merasa bahwa rencana pemindahan paksa warga Palestina hanya akan menambah kompleksitas situasi yang sudah rumit.

Pernyataan Trump tentang Gaza juga menggarisbawahi dinamika politik yang lebih luas antara Amerika Serikat dan negara-negara Muslim. Sejumlah analisis menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Trump yang cenderung mendukung Israel sering kali berhadapan dengan aspirasi Palestina akan kemerdekaan. Saran agar Gaza dijadikan objek perdagangan tampaknya mencerminkan pandangan yang sebagian besar hanya mempertimbangkan aspek politik dan ekonomi, tanpa memperhatikan realitas sosial dan kemanusiaan yang ada.

Dalam konteks ini, isu Palestina bukan hanya sekadar masalah territorial, tetapi juga berkaitan dengan identitas dan hak hidup rakyat Palestina. Dengan pendekatan yang memisahkan aspek politik dari kebutuhan dan hak dasar rakyat, proses perdamaian justru akan semakin jauh dari pencapaian.

Banyak pemimpin dan aktivis mengatakan bahwa tanpa memahami dan menghormati hak rakyat Palestina, setiap rencana yang diajukan, termasuk ide Trump untuk “membeli” Gaza, akan dipandang sebagai langkah mundur, dan bisa menghancurkan harapan akan stabilitas jangka panjang di kawasan tersebut.

Mega Puspita adalah seorang penulis di situs berita octopus.co.id. Octopus adalah platform smart media yang menghadirkan berbagai informasi berita dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button