Trump Deportasi Mahasiswa Pro-Palestina, Columbia University Geger!

Aksi penangkapan yang mengguncang Kampus Columbia berlangsung pada akhir pekan lalu. Seorang mahasiswa pascasarjana Palestina, Mahmoud Khalil, ditangkap oleh agen dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS di tempat tinggalnya. Empat rekan mahasiswa, termasuk Maryam Alwan, melaporkan peristiwa ini dengan menyebutkan kekhawatiran akan pembalasan jika identitas mereka diungkap. Khalil telah aktif dalam protes pro-Palestina di Columbia, termasuk negosiasi dengan pihak administrasi universitas pada tahun lalu ketika pengunjuk rasa mendirikan perkemahan di halaman kampus.

Penangkapan ini terjadi di tengah ketegangan global yang meningkat setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu serangkaian aksi protes di berbagai universitas di seluruh AS. Menurut laporan, penahanan Khalil merupakan bagian dari upaya pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump untuk mengupayakan deportasi mahasiswa asing yang terlibat dalam gerakan protes tersebut. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap apa yang dianggap sebagai meningkatnya pelecehan antisemit di sekitar kampus-kampus, termasuk Columbia.

Seorang juru bicara Universitas Columbia menyatakan bahwa mereka terikat oleh hukum untuk tidak mempublikasikan informasi terkait individu mahasiswa, sehingga sulit untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut tentang situasi ini. Hal ini menambah lapisan kompleksitas pada peristiwa yang sudah memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sementara itu, juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri maupun Departemen Luar Negeri tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan terkait penanganan kasus ini.

Khalil sebelumnya pernah menyatakan kekhawatirannya terkait kemungkinan menjadi sasaran pemerintah atau kelompok pro-Israel konservatif setelah tampil dalam wawancara dengan media beberapa jam sebelum penangkapan. Ketegangan antara pendukung Palestina dan pro-Israel semakin meningkat di pemukiman mahasiswa, dan tindakan pemerintah ini semakin memperuncing perdebatan tentang kebebasan berbicara serta tujuan gubernur terkait kebijakan luar negerinya.

Tindakan pemerintah juga terlihat melalui pembatalan kontrak dan hibah sebesar $400 juta kepada Universitas Columbia, yang diumumkan pada hari Jumat sebelum penangkapan. Langkah ini juga dianggap sebagai langkah untuk mengekspresikan ketidakpuasan pemerintah terhadap situasi yang terjadi di kampus, serta menanggapi sorotan dari isu antisemitisme di AS.

Reaksi dari mahasiswa dan masyarakat luas terhadap kasus ini menunjukkan perpecahan pendapat yang tajam. Beberapa pihak menganggap bahwa penangkapan ini melanggar kebebasan berpendapat dan menakut-nakuti mahasiswa, sedangkan yang lain mendukung tindakan pemerintah sebagai upaya untuk menjamin keselamatan dan mencegah tindakan yang dianggap provokatif.

Mahmoud Khalil kini menjadi simbol dari perdebatan yang lebih luas mengenai kebebasan akademik, aktivisme mahasiswa, dan dampaknya terhadap hubungan internasional, khususnya terkait konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Kasus ini menuai sorotan tidak hanya di kampus, tetapi juga di tingkat nasional, menimbulkan pertanyaan tentang batas-batas yang perlu dijaga antara kebebasan berpendapat dan tanggung jawab terhadap isu-isu sensitif di masyarakat. Ke depan, bagaimana universitas dan pemerintah AS akan mengatasi situasi ini menjadi satu hal yang menarik untuk diamati.

Exit mobile version