Trump Blame Zelensky: Dampak Besar Perang Ukraina-Rusia

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengemukakan pernyataan kontroversial dengan menyalahkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, atas pecahnya perang antara Ukraina dan Rusia. Dalam pidatonya di Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa aksi yang dilakukan Zelensky menciptakan situasi berbahaya ketika ia mengusulkan, “Kamu tidak memulai perang dengan seseorang yang 20 kali lebih besar darimu, lalu berharap orang-orang memberimu beberapa rudal.”

Pernyataan ini muncul seiring dengan laporan mengenai serangan Rusia di Sumy yang menewaskan sedikitnya 34 orang. Pasukan Rusia dilaporkan juga meluncurkan serangan ke pinggiran Sumy pada Senin malam, yang memicu kecaman dari komunitas internasional. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, yang mengunjungi Odesa untuk menunjukkan solidaritas kepada Ukraina, mengecam pola serangan yang menyasar warga sipil dan menegaskan bahwa Rusia adalah pemicu utama konflik ini.

Sementara itu, Trump tidak hanya menyalahkan Zelensky, tetapi juga menekankan bahwa pendahulunya, Joe Biden, ikut bertanggung jawab atas tingginya jumlah korban jiwa dalam perang ini. “Jutaan orang tewas karena tiga orang,” ungkap Trump, merujuk pada Vladimir Putin, Joe Biden, dan Volodymyr Zelensky. Ia meragukan kemampuan Zelensky dalam memimpin Ukraina, berkomentar bahwa presiden tersebut “selalu mencari rudal untuk dibeli” dan menegaskan bahwa jika seseorang memilih untuk memulai perang, ia harus siap untuk menghadapinya.

Sejarah konflik ini tidak dapat dipisahkan dari fakta bahwa Rusia telah menginvasi Ukraina dua kali, pertama pada tahun 2014 dan kembali pada 2022. Meskipun demikian, Trump berpendapat bahwa Biden dan Zelensky memiliki tanggung jawab untuk mencegah konflik tersebut sejak awal. Menurutnya, “Biden seharusnya bisa menghentikannya, dan Zelensky seharusnya bisa menghentikannya, dan Putin seharusnya tidak pernah memulainya. Semua pihak bertanggung jawab.”

Ketegangan antara Trump dan Zelensky telah meningkat sejak perdebatan publik di Gedung Putih beberapa bulan lalu, di mana Trump menyarankan agar Ukraina segera memulai negosiasi damai dengan Rusia. Di sisi lain, Trump juga telah berupaya memperbaiki hubungan dengan Moskow, sebuah langkah yang meningkatkan kontroversi mengenai posisi AS dalam konflik tersebut.

Dalam wawancara yang dilakukan sebelum serangan terbaru, Zelensky meminta Trump untuk mengunjungi Ukraina sebelum mengambil keputusan penting mengenai kesepakatan dengan Putin. “Tolong, sebelum membuat keputusan apa pun, bentuk negosiasi apa pun, datanglah untuk melihat rakyat, warga sipil, para prajurit, rumah sakit, gereja, anak-anak yang hancur atau tewas,” ungkapnya dalam wawancara dengan CBS.

Serangan Rusia di Sumy terjadi pada momen tragis di mana banyak warga sipil sedang bersiap merayakan Minggu Palma, dengan dua rudal Iskander menghantam pusat kota. Kejadian ini menyoroti kompleksitas situasi dan dampak yang ditimbulkan pada masyarakat sipil yang terjebak dalam konflik ini.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa serangan di Sumy menjadi titik balik dalam ketegangan yang ada, membuat berbagai pihak semakin menyerukan diplomasi dan upaya penyelesaian damai. Namun, dengan pernyataan kontroversial dari pemimpin dunia seperti Trump, banyak yang bertanya-tanya tentang arah penyelesaian konflik ini dan peran masing-masing pemimpin dalam proses tersebut.

Sementara itu, Rusia berdalih bahwa mereka menargetkan lokasi pertemuan tentara Ukraina, namun tanpa menyertakan bukti konkret. Serangan tersebut diwarnai dengan kritik bahwa tindakan semacam ini hanya semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Ukraina.

Berita Terkait

Back to top button