
Gambar-gambar hasil kecerdasan buatan (AI) kini menjadi tren yang hangat diperbincangkan di media sosial, terutama dengan peluncuran generator gambar terbaru dari OpenAI dalam platform ChatGPT-4o. Pengguna kini dapat menciptakan gambar bergaya Studio Ghibli, yang terkenal dengan visualnya yang khas dan nuansa cerita dongeng. Sejak fitur ini diperkenalkan, banyak pengguna telah memanfaatkan kemampuan baru ini untuk menghasilkan berbagai gambar, mulai dari foto pribadi hingga representasi tokoh publik dalam gaya animasi yang ceria.
CEO OpenAI, Sam Altman, menjadi salah satu yang pertama kali mengunggah hasil penggunaan fitur tersebut dengan menggambarkan dirinya dan timnya dalam gaya Ghibli. Unggahan ini mendatangkan perhatian luas dan semakin mempopulerkan tren baru ini di kalangan pengguna media sosial. Bahkan, Elon Musk juga ikut membagikan kreasi AI dalam bentuk gambar, menambah daftar tokoh publik yang terlibat dalam fenomena ini.
Studio Ghibli, yang didirikan oleh Hayao Miyazaki dan pelopor lainnya sejak 1985, dikenal dengan karya-karya klasik yang menjangkau hati banyak penonton. Film-film seperti “Spirited Away” dan “My Neighbor Totoro” telah menciptakan jejak yang kuat di industri animasi global. Namun, popularitas gambar AI ini tidak hadir tanpa kontroversi. Munculnya karya-karya seni yang dihasilkan oleh AI menimbulkan pertanyaan tentang hak cipta dan autentisitas seni itu sendiri.
Beberapa seniman dan tokoh industri, termasuk artis Hollywood terkenal seperti Ben Stiller dan Paul McCartney, melaporkan OpenAI dan Google atas penggunaan karya mereka yang tidak mendapatkan izin. Para pengguna, termasuk beberapa dari kalangan profesional seni, turut mengekspresikan kekhawatiran bahwa penggunaan AI untuk menciptakan gambar-gambar bergaya Ghibli melecehkan integritas karya seni. Mereka menekankan bahwa ini adalah bentuk pencurian gaya yang seharusnya dihentikan segera.
Di samping itu, OpenAI telah berupaya menjawab kekhawatiran ini dengan memastikan bahwa tindakan penggunaan fitur AI tetap pada batasan etika. Mereka menyatakan bahwa mereka sedang menyesuaikan kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan. Namun, hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Studio Ghibli mengenai penggunaan AI untuk menciptakan representasi karya mereka.
Kepala studio, Hayao Miyazaki, juga memberikan pandangan yang mendalam mengenai teknologi AI. Dalam sebuah pernyataan di tahun 2016, Miyazaki mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap penggunaan AI dalam seni animasi. Saat menyaksikan demonstrasi teknologi AI yang memperlihatkan gerakan tubuh imajiner, ia merasakan “kejijikan”. Miyazaki menegaskan bahwa ia tidak ingin menggunakan teknologi tersebut untuk karya-karyanya, mencerminkan pandangannya yang dalam tentang sentimentalitas dan manusiawi dalam proses kreatif.
Dalam satu contoh, Miyazaki bercerita tentang interaksinya dengan seorang teman penyandang disabilitas. Dia menggambarkan perasaan empati yang mendalam terhadap kesulitan harian temannya, dan bagaimana hal ini membuatnya merasa AI yang dihasilkan tanpa pemahaman tentang rasa sakit dan perjuangan manusia adalah sebuah penghinaan.
Penyebaran gambar-gambar hasil AI ini terus berlanjut, menciptakan jembatan antara nostalgia dan inovasi teknologi. Selain itu, fenomena ini juga mendorong diskusi publik yang lebih dalam tentang masa depan seni dan bagaimana teknologi akan terus membentuk cara orang berinteraksi dengan karya kreatif. Apa yang seharusnya kita lakukan sebagi pengguna dan pencipta di era digital ini? Pertanyaan ini masih menggantung dan menunggu untuk dijawab.