
Beberapa negara di dunia telah menerapkan program pendekatan militer untuk membantu remaja bermasalah atau siswa nakal. Metode ini bertujuan menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan membimbing mereka ke jalan yang lebih baik melalui pelatihan ala militer. Berikut adalah contoh dari beberapa negara yang mengimplementasikan program semacam ini.
Di Amerika Serikat, juvenile boot camp telah ada sejak tahun 1980-an dan diperuntukkan bagi remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal ringan seperti pencurian dan penyalahgunaan narkoba. Program ini berlangsung antara 3 hingga 6 bulan. Dalam boot camp ini, para remaja menjalani rutinitas yang sangat ketat, termasuk bangun pagi, melakukan olahraga fisik, pelatihan baris-berbaris, ditambah sesi konseling dan pendidikan. Meskipun menuai pro dan kontra, banyak kamp ini juga menyediakan program rehabilitasi psikologis untuk mendukung reintegrasi sosial mereka.
Di Korea Selatan, program pendidikan disiplin khusus bagi remaja bermasalah juga diterapkan. Ini termasuk mereka yang kecanduan permainan daring. Pelatihan sering kali dilakukan di bawah pengawasan lembaga militer dan menekankan nilai-nilai karakter serta pembebasan dari ketergantungan teknologi. Remaja menghabiskan beberapa minggu di kamp tanpa akses ke perangkat elektronik, dan program ini terbukti efektif dalam menanamkan nilai tanggung jawab dan disiplin.
China juga memiliki sistem pendidikan semi-militer untuk remaja yang menunjukkan perilaku menyimpang. Sekolah-sekolah di China mulai menerapkan metode ini sejak usia dini. Selain itu, ada juga kamp khusus yang memberikan pelatihan fisik, kedisiplinan, dan pelajaran moral. Meski mendapatkan kritik terkait pelanggaran hak anak, pemerintah menyatakan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk rehabilitasi, bukan hukuman.
Rusia memiliki sekolah kadet yang dikhususkan bagi anak-anak dari keluarga bermasalah atau mereka yang terlibat dalam perilaku kriminal. Program ini berlangsung selama beberapa tahun dan dirancang menyerupai akademi militer, mencakup pendidikan umum dan pelatihan fisik, serta penanaman nilai patriotisme. Tujuan dari sekolah kadet ini adalah untuk memberikan pendidikan alternatif bagi remaja yang kesulitan beradaptasi dengan sekolah reguler.
Program-program ini menunjukkan bahwa pendekatan militer dapat menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah perilaku remaja. Meskipun metode ini sering kali menuai kritik, banyak orang tua dan pengelola program melihat hasil positif dari transformasi perilaku anak-anak yang pernah menghadapi masalah.
Dengan melihat keberhasilan program serupa di negara lain, Indonesia juga sedang merenungkan kemungkinan penerapan pendekatan serupa untuk remaja bermasalah. Beberapa tokoh masyarakat, seperti Dedi Mulyadi, telah mengungkapkan pentingnya membina siswa nakal melalui barak militer dengan tujuan untuk mendidik, bukan menghukum.
Program-program ini tidak sekadar menekankan disiplin, tetapi juga berusaha memberikan keterampilan yang berguna bagi remaja dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan membimbing generasi mendatang, memahami berbagai pendekatan internasional ini bisa menjadi langkah awal untuk solusi yang lebih baik dalam masalah perilaku remaja di dalam negeri.