Tragedi di Gili Trawangan: Kematian Janggal Anggota Propam NTB

Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi alias MN, anggota Propam Polda NTB, di Gili Trawangan pada 16 April 2025, menimbulkan banyak pertanyaan. Dugaan tenggelam yang disematkan pada almarhum tidak sepenuhnya diterima oleh keluarganya, dan situasi ini dipengaruhi oleh sejumlah kejanggalan yang ditemukan pada tubuh korban.

Jasad Brigadir MN ditemukan di kolam renang sebuah penginapan dan dinyatakan tidak akan diautopsi, keputusan yang membuat banyak orang merasa curiga. Situasi ini semakin rumit dengan kurangnya pernyataan resmi dari Polda NTB terkait kematian tersebut. Kepala desa Gili Trawangan, Dana, mengaku tidak mengetahui banyak mengenai insiden tersebut. “Saya tidak tahu infonya. Hanya dapat info kalau ada anggota polisi yang meninggal. Cuma itu,” ungkapnya.

Keterangan lebih lanjut mencuat dari Taufiq Mardanu, salah satu pemandi jenazah. Ia melaporkan adanya luka memar di atas mata sebelah kanan korban yang terus mengeluarkan darah, bahkan setelah dimandikan. Taufiq menyebutkan, jasad Brigadir MN tiba dalam kondisi dingin. “Mata sebelah kanan luka pas di bawah alis mata. Kayak memar tapi terus keluar darah,” paparnya.

Lebih lanjut, kondisi tubuh korban menunjukkan banyak luka, termasuk memar di bagian belakang leher, pinggang, dan jari-jari kaki. “Lututnya juga memar,” tambah Taufiq. Selama proses pemandian, darah juga terus mengalir dari hidung korban, menambah kejanggalan mendalam tentang penyebab kematian tersebut.

Sesuai informasi yang diterima, Brigadir MN berada di Gili Trawangan untuk bersantai bersama rekan-rekannya sebelum insiden terjadi. Dia mulai berenang sekitar pukul 17.00 Wita, namun tiba-tiba ditemukan tergeletak di dasar kolam oleh salah satu rekannya yang kemudian segera memanggil pertolongan. Pihak penginapan menghubungi tenaga medis, tetapi upaya untuk menyadarkan korban tidak berhasil. Pemeriksaan di klinik menyatakan bahwa detak jantung korban sudah tidak terdeteksi, dan sekitar pukul 22.14 Wita, dokter menyatakan Brigadir MN telah meninggal.

Kejadian ini menjadi perhatian publik, terutama karena kondisi jasad yang tidak biasa dan kurangnya transparansi dari pihak berwajib. Menurut teman-teman almarhum, Brigadir MN adalah sosok yang baik dan bertanggung jawab, memiliki dua anak kecil, masing-masing berusia 5 tahun dan 1 bulan. Ungkapan kesedihan dari anaknya yang bertanya, “Kapan ayah bangun?” saat proses pemandian, menggugah rasa empati di hati banyak orang.

Pihak berwenang seharusnya melakukan investigasi mendalam mengenai kematian ini. Tanpa adanya autopsi, banyaknya luka di tubuh Brigadir MN masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Keluarga dan publik berhak mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai kematian tragis ini. Kejadian ini menggambarkan pentingnya tindak lanjut yang serius dalam setiap insiden kematian yang mencurigakan, terutama yang melibatkan anggota kepolisian.

Belum ada pernyataan resmi dari Polda NTB mengenai langkah yang akan diambil terkait situasi ini. Seiring berjalannya waktu, diharapkan pihak berwenang akan memberikan informasi lebih lanjut untuk menjaga transparansi dan kepercayaan masyarakat terhadap aparat keamanan.

Exit mobile version