Tragedi di Gaza: Pertahanan Sipil Temukan Mayat Hangus Setelah Serangan Israel

Badan pertahanan sipil Gaza mengungkapkan temuan mengerikan pada Rabu (23/4) ketika mereka menemukan mayat-mayat hangus di sebuah sekolah yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi. Penemuan ini terjadi bersamaan dengan serangan udara Israel yang mengakibatkan tewasnya 17 warga Palestina dalam sehari, sejak fajar. Juru bicara badan tersebut, Mahmud Bassal, mengonfirmasi bahwa serangan ini semakin memperparah angka kematian yang telah melonjak sejak dimulainya konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut.

Menurut laporan, Israel melanjutkan serangan ofensif di Gaza yang dimulai pada 18 Maret, setelah secara sepihak melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Sejak peperangan pecah pada 7 Oktober 2023, lebih dari 1.890 warga Palestina, termasuk 595 anak-anak dan 380 wanita, telah menjadi korban. Total jumlah korban tewas sejak awal perang mencapai lebih dari 51.266 jiwa, menunjukkan dampak tragis dari konflik yang sedang berlangsung.

Dalam insiden terbaru, Bassal mencatat bahwa sebelas orang yang tewas dalam serangan tersebut termasuk wanita dan anak-anak, tepatnya di gedung sekolah Yafa yang berlokasi di lingkungan Al-Tuffah, Kota Gaza. Sekolah ini menjadi tempat berlindung bagi banyak warga yang mengungsi dari serangan bom. “Pengeboman itu memicu kebakaran besar, dan beberapa mayat hangus telah ditemukan,” jelas Bassal lebih lanjut.

Dengan lebih dari 2,4 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi setidaknya sekali sejak perang dimulai, keadaan menjadi semakin mengkhawatirkan. Organisasi-organisasi bantuan yang beroperasi di lapangan melaporkan bahwa sebagian besar penduduk telah kehilangan tempat tinggal. Banyak orang kini mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang sebelumnya berfungsi sebagai fasilitas pendidikan.

Dari hasil laporan, meskipun tim pertahanan sipil berusaha melakukan penyelamatan, mereka menghadapi kesulitan akibat kurangnya peralatan dan perlengkapan yang diperlukan. “Kami tidak memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan operasi penyelamatan yang efektif atau mengevakuasi jenazah para martir,” ungkap Bassal. Serangan udara Israel juga mengakibatkan kerusakan pada berbagai alat berat, termasuk buldoser, yang sangat dibutuhkan untuk membersihkan puing-puing dan mengambil jasad para korban dari bawah reruntuhan.

Di lokasi-lokasi lain di Gaza, situasi serupa terus berlangsung dengan banyak laporan tambahan mengenai kematian. Seorang anak dilaporkan tewas akibat serangan udara di sebuah rumah di wilayah Jabalia utara, sementara seorang lainnya tewas di kota Khan Younis. Laporan juga menyebutkan bahwa empat orang tewas akibat penembakan yang mengincar rumah-rumah di bagian timur Kota Gaza, dan keluarga-keluarga mereka masih mencari anggota yang mungkin terjebak di bawah reruntuhan.

Krisis kemanusiaan di Gaza menjadi semakin mendalam dengan setiap hari yang berlalu, seiring dengan konsekuensi dari serangan yang tidak kunjung berhenti. Walaupun berbagai upaya diplomatik telah dilakukan untuk mendamaikan konflik ini, dampak bagi warga sipil semakin memprihatinkan, dan perhatian dunia akan terus tertuju pada nasib mereka yang terjebak di tengah ketidakadilan yang berkepanjangan ini.

Berita Terkait

Back to top button