Terungkap! Spanduk Raksasa Suporter ManCity Bukan Sindir Vinicius!

Manchester City mengalami momen kontroversial dalam laga terakhir melawan Real Madrid di babak playoff Liga Champions UEFA. Pertandingan yang berlangsung di Etihad Stadium pada Rabu dini hari WIB, 12 Februari 2025, berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Madrid. Namun, hal yang menjadi sorotan bukan hanya hasil akhir, melainkan juga tindakan suporter Manchester City yang membentangkan spanduk raksasa yang diduga ditujukan untuk mengejek bintang Madrid, Vinicius Junior.

Spanduk tersebut menggambarkan pemain City, Rodri, yang mencium trofi Ballon d’Or, dengan tulisan “Berhentilah Menangis Sepenuh Hati”. Hal ini mengacu pada momen ketika Real Madrid tidak mengirimkan perwakilan pada acara penyerahan Ballon d’Or 2024 setelah Vinicius Junior gagal meraih trofi tersebut. Momen ini menciptakan kisah tambahan dalam rivalitas antara kedua klub, namun seiring dengan berjalannya pertandingan, kelompok suporter yang dikenal sebagai We Are 1984 memberikan penjelasan.

Sehari setelah pertandingan, mereka mengeluarkan klarifikasi melalui sosial media X bahwa spanduk tersebut sebenarnya tidak ditujukan kepada Vinicius Junior. “Tidak ada seorang pun di media yang menyadari bahwa orang yang dibidik spanduk itu bahkan tidak ada di lapangan? Florentino Perez. Dialah yang memicu kampanye hinaan terhadap Rodri & boikot seremoni Ballon d’Or 2024 tersebut oleh para pemain klubnya,” tulis mereka.

Klarifikasi dari suporter Manchester City ini menunjukkan bahwa mereka menargetkan presiden Real Madrid, Florentino Perez, yang mereka anggap berperan dalam polemik mengenai pemenang Ballon d’Or. Pendapat ini mengindikasikan bahwa perdebatan seputar penghargaan ini telah menarik perhatian banyak orang dan suporter City merasa perlu mengekspresikan kekecewaan mereka.

Namun, meski mendapat sindiran tersebut, Vinicius Junior tetap menunjukkan performa yang mengesankan dalam pertandingan tersebut. Dia berhasil memberikan assist untuk gol penentu kemenangan yang dicetak oleh Jude Bellingham. Setelah pertandingan, Vinicius mengungkapkan bahwa spanduk itu justru memotivasi dirinya untuk tampil lebih baik lagi, dan dia pun menyelesaikan pertandingan sebagai salah satu pemain terbaik di lapangan.

Menariknya, reaksi suporter Manchester City tidak hanya berfungsi sebagai sindiran, tetapi juga menyoroti bagaimana protes dan kritik bisa muncul dalam konteks yang lebih luas dalam dunia sepak bola. Saat ini, perhatian tertuju pada bagaimana respon suporter Real Madrid terhadap tindakan tersebut, terutama ketika kedua tim dijadwalkan untuk bertemu kembali di Santiago Bernabeu pada pekan depan.

Sementara itu, kemenangan Real Madrid di Etihad tidak hanya memberikan tiga poin krusial, tetapi juga menambah ketegangan dalam rivalitas yang selama ini ada. Sebagai tim dengan sejarah yang kaya dalam kompetisi Eropa, Madrid berusaha untuk kembali ke jalur kemenangan setelah penampilan yang kurang konsisten. Dengan kreativitas dan kecepatan Vinicius di lini depan, along with ancaman dari pemain seperti Bellingham, Madrid tampaknya siap untuk menghadapi tantangan di leg kedua.

Dengan semua yang terjadi selama pertandingan ini, jelas bahwa momen-momen di lapangan bukan hanya soal gol dan hasil akhir, tetapi juga bagaimana dinamika antara suporter, pemain, dan klub berperan dalam menciptakan atmosfer yang intens. Hal ini menunjukkan bahwa sepak bola lebih dari sekadar permainan, tetapi merupakan arena di mana berbagai emosi dan narasi saling bertautan. Sekarang, semua mata tertuju pada pertemuan mendatang untuk melihat bagaimana cerita ini akan berlanjut.

Exit mobile version