
Kisah Nabi Musa membelah Laut Merah merupakan salah satu mukjizat terbesar yang dicatat dalam Alkitab, yang dipercaya oleh umat Kristen dan Yahudi sebagai tindakan langsung dari Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari cengkeraman Firaun Mesir. Namun, penelitian ilmiah terbaru menghadirkan pandangan baru yang menarik tentang fenomena tersebut, memadukan keyakinan religius dengan penjelasan berbasis sains.
Menurut Alkitab, dalam pelarian bangsa Israel, Nabi Musa diperintahkan untuk mengangkat tongkatnya dan memukul permukaan laut. Dengan kuasa Tuhan, perairan yang terbelah memungkinkan mereka melintasi dasar laut yang kering, sedangkan pasukan Firaun yang mengejar mereka ditenggelamkan oleh gelombang setelah penyeberangan berhasil dilakukan. Secara tradisional, peristiwa ini dipandang sebagai mukjizat yang murni tidak dapat dijelaskan oleh hukum alam.
Namun, para ilmuwan dari National Center for Atmospheric Research baru-baru ini mengemukakan bahwa peristiwa tersebut mungkin dapat dijelaskan dengan pemahaman tentang kondisi cuaca dan hidrologi yang sangat spesifik. Dalam studi yang dikutip oleh New York Post, disebutkan bahwa jika angin bertiup dengan kecepatan yang cukup tinggi, yakni lebih dari 60 mil per jam, dan pada sudut tertentu, maka air laut dapat terdorong sehingga membentuk “terowongan” yang memungkinkan orang berjalan di dasar laut.
Carl Drews, seorang ahli oseanografi, menegaskan bahwa peristiwa ini merupakan kombinasi antara fenomena alam yang bertepatan dengan waktu yang amat tepat. “Kita memiliki mukjizat yang melibatkan komponen alami,” ujarnya. Prediksi ilmiah menunjukkan bahwa dengan kecepatan angin yang tepat, air di Laut Merah bisa difokuskan sehingga memperlihatkan dasar laut, mengizinkan perjalanan yang aman bagi bangsa Israel.
Sebagai lokasi empiris, kisah Nabi Musa diyakini terjadi di Teluk Aqaba. Namun, beberapa arkeolog dan ilmuwan berargumen bahwa Teluk Suez, dengan kedalaman yang lebih dangkal dan pasang surut yang dapat memperlihatkan dasar laut, mungkin menjadi lokasi yang lebih sesuai untuk mendukung cerita Alkitab yang bersejarah ini. Bruce Parker, mantan ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration, berpendapat bahwa pengetahuan Musa tentang pasang surut dapat menjadi faktor kunci dalam peristiwa ini.
Teori lain juga menjelaskan kemungkinan tempat seperti Danau Tannis di Delta Nil. Drews mengusulkan bahwa danau ini, yang menerjemahkan sebagai “laut alang-alang” dalam Alkitab Ibrani, menunjukkan bagaimana angin kencang dapat meniup dua meter air, memungkinkan daratan kering terlihat. Ini memberikan penjelasan yang logis tentang bagaimana bangsa Israel bisa melarikan diri tanpa intervensi langsung dari Tuhan.
Dalam Islam, kisah Nabi Musa dan pembelahan laut juga dicatat dalam Al-Qur’an, tepatnya Surah Asy-Syu’ara ayat 26 hingga 63, menekankan kekuasaan Allah yang tak terbatas atas segala sesuatu. Meskipun studi ilmiah mencoba memecahkan misteri ini dengan penjelasan alami, umat Islam tetap percaya bahwa mukjizat ini adalah bukti nyata dari kuasa Allah.
Terlepas dari sudut pandang ilmiah yang dihadirkan, tetap ada pemahaman yang dalam tentang iman dan spiritualitas yang mengelilingi peristiwa ini. Kisah Nabi Musa memberikan pengajaran tentang kepasrahan dan keyakinan yang kuat kepada Allah dalam menghadapi tantangan hidup. Sehingga, baik secara religius maupun ilmiah, kisah ini terus menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi banyak orang.