Terungkap! Ken Arok Dibunuh Anak Tiri, Simak Penyebabnya!

Ken Arok, penguasa sejarah yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Tumapel atau Singasari, menjadi sorotan akibat tragedi kelam dalam keluarganya. Dia dibunuh oleh anak tirinya sendiri, Anusapati, yang merupakan putra dari Ken Dedes, istri Ken Arok. Peristiwa dramatis ini tidak hanya mengguncang kerajaan, tetapi juga menyoroti hubungan rumit antar anggota keluarga di dalam dinasti tersebut.

Ken Arok, yang sebelumnya merupakan suami dari Ken Umang, menikah dengan Ken Dedes setelah membunuh suami lamanya, Tunggul Ametung. Pernikahan ini melahirkan beberapa anak, di antaranya Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Namun, kehadiran Anusapati yang merupakan putra dari Tunggul Ametung menjadi titik awal ketegangan. Sejak kecil, Anusapati merasakan adanya perlakuan yang berbeda dari Ken Arok, yang lebih menyayangi anak-anak biologisnya ketimbang dirinya. Kebingungan dan kemarahan menumbuhkan benih dendam dalam diri Anusapati, mendorongnya untuk mencari tahu mengenai asal-usulnya.

Dalam upayanya untuk memahami sumber diskriminasi tersebut, Anusapati mencoba meminta penjelasan dari pengasuhnya. Namun, pengasuh itu tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Akhirnya, ia mengajukan pertanyaan langsung kepada ibunya, Ken Dedes. Jawaban yang diperoleh Anusapati sangat mengejutkan: ia bukanlah anak kandung Ken Arok, melainkan buah cinta antara Ken Dedes dan Tunggul Ametung yang dibunuh oleh ayah tirinya.

Merasa terkhianati, Anusapati mulai merencanakan pembalasan. Ia meminta keris Mpu Gandring, senjata yang mengakhiri hidup Tunggul Ametung. Meskipun awalnya ditolak oleh ibunya, Anusapati berhasil mendapatkan keris tersebut. Ketika ia memperoleh keris itu di ksatria istana Tumapel, tekadnya untuk membalas dendam semakin menguat.

Penting untuk dicatat bahwa konflik keluarga ini tidak hanya berfokus pada hubungan pribadi, tetapi juga mencerminkan kekuasaan dan ambisi di tengah perebutan tahta kerajaan. Ken Arok, sebagai tokoh sentral, menggambarkan karakter seorang penguasa yang memiliki segudang intrik dan musuh. Pembunuhan terhadapnya oleh anak tirinya sendiri merupakan cerminan dari kompleksitas dinamika keluarga yang sering kali berujung pada persaingan yang tragis.

Dalam konteks sosio-politik, peristiwa ini menunjukkan bahwa perebutan harta dan tahta bisa membawa dampak yang menghancurkan, bahkan di kalangan keluarga sendiri. Dikutip dari buku “Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa: Intrik, Konspirasi, Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita” karya Sri Wintala Achmad, situasi ini erat kaitannya dengan intrik kekuasaan yang kerap terjadi pada era itu.

Berita kematian Ken Arok menandai sebuah babak baru dalam sejarah kerajaan Tumapel. Kejadian tragis ini akan menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana hubungan keluarga yang terlihat harmonis dapat berujung pada konflik yang fatal. Pada akhirnya, peristiwa ini mencatatkan diri dalam lembaran sejarah sebagai sebuah kisah tentang kebohongan, pengkhianatan, dan pencarian identitas dalam sebuah keluarga yang terlahir dari kekuasaan.

Berita Terkait

Back to top button