
Stroke dan gangguan pembuluh darah otak adalah dua dari sekian banyak penyebab utama kecacatan permanen, yang dapat berpengaruh besar terhadap kualitas hidup para penderitanya. Dalam upaya menangani permasalahan ini, inovasi medis terbaru telah muncul, yaitu operasi Brain Bypass Surgery STA-MCA (Superficial Temporal Artery to Middle Cerebral Artery). Prosedur ini menawarkan harapan baru bagi pasien dengan risiko stroke tinggi dan telah dilaksanakan di Rumah Sakit Siloam Lippo Village di bawah pengawasan Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS, M.Kes.
Operasi ini merupakan alternatif bagi pasien yang mengalami penyumbatan pembuluh darah otak namun tidak dapat diatasi melalui metode konvensional. “Operasi bypass STA-MCA ini merupakan solusi bagi pasien yang mengalami penyumbatan atau gangguan aliran darah ke otak, di mana metode lain tidak lagi efektif,” jelas Prof. Julius. Prosedur ini memungkinkan untuk mengalirkan darah yang lebih baik ke bagian otak yang terhambat aliran darahnya.
Poin utama dari Brain Bypass Surgery STA-MCA adalah kemampuannya untuk menghubungkan arteri superfisial di luar tengkorak dengan arteri di dalam otak. Dengan teknik ini, darah dapat dialihkan dari pembuluh darah yang sehat menuju bagian otak yang membutuhkan suplai darah lebih banyak. Dengan begitu, risiko stroke dapat dikurangi dan pencegahan terhadap kecacatan permanen dapat dilakukan.
Proses medis ini tidak dapat dianggap sepele dan memerlukan teknik mikrovaskular yang cermat dengan mikroskop bedah. Arteri yang dijahit bisa sekecil 1 mm, sehingga membutuhkan ketelitian dan keterampilan tinggi untuk melakukan penjahitan tanpa merusak jaringan sekitarnya. Selain metode langsung, ada juga teknik “indirect bypass” yang dirancang untuk pasien dengan arteri terlalu kecil. Teknik ini tidak langsung menghubungkan dua arteri tetapi memicu pertumbuhan pembuluh darah baru, sehingga menciptakan jalur suplai darah tambahan. Salah satu teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah EDMAPS (Ensefalo Duro Myo Arterio Pericranial Synangiosis), yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan kapiler baru di otak.
Sebelum menjalani operasi, pasien harus melewati berbagai pemeriksaan yang meliputi MRI, CT-Scan, dan angiografi serebral untuk menentukan kondisi pembuluh darah dan mendeteksi kemungkinan risiko lainnya. Prosedur ini biasanya berlangsung antara 4 hingga 6 jam, dengan proses penjahitan pembuluh darah memakan waktu sekitar 30 menit. Pasien akan dirawat di ICU selama 24 hingga 48 jam dan biasanya diperbolehkan pulang setelah tiga hari, asalkan tidak ada komplikasi.
Meskipun terdapat risiko seperti infeksi atau perdarahan, tingkat keberhasilan Brain Bypass Surgery STA-MCA dilaporkan sangat tinggi. Setelah menjalani operasi, banyak pasien yang menunjukkan pemulihan cepat dan kembali ke aktivitas normal dengan risiko stroke yang jauh lebih rendah. Inovasi ini juga memberikan keuntungan finansial di mana pasien tidak perlu lagi berobat ke luar negeri untuk menjalani prosedur yang serupa, karena perawatan berkualitas kini telah tersedia di Indonesia.
Dengan meningkatnya ketersediaan layanan ini, diharapkan banyak pasien di Indonesia yang dapat mengakses teknologi pengobatan yang setara dengan standar internasional. “Kami memahami bahwa prosedur ini masih belum banyak dilakukan, namun setiap pasien yang menjalani operasi ini mendapat penanganan optimal dengan pendekatan multidisiplin,” kata Prof. Julius, menegaskan komitmen mereka dalam memberikan perawatan terbaik bagi para pasien.
Brain Bypass Surgery STA-MCA jelas menjadi terobosan dalam dunia medis yang tidak hanya menunjukkan kemajuan teknik bedah saraf, tetapi juga memberikan harapan baru bagi pasien yang sebelumnya tidak memiliki banyak opsi. Dengan dukungan tenaga medis yang berpengalaman dan teknologi canggih, langkah ini adalah salah satu cara untuk mengurangi beban penyakit stroke di Indonesia dan meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang.