Teknologi Baru Sulteng: 10 Kg Sampah Jadi 10 Liter BBM!

Sulawesi Tengah kini memiliki terobosan baru dalam masalah pengelolaan sampah. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) provinsi telah meluncurkan Sulteng Recycle Center (SRC), yang secara resmi dibuka oleh Gubernur Anwar Hafid pada 25 April lalu. Inovasi ini memanfaatkan teknologi pirolisis untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM). Langkah ini merupakan bagian dari program Berani Bersih, yang bertujuan mengatasi masalah sampah sekaligus memperkuat ketahanan energi di masyarakat.

Teknologi pirolisis memungkinkan konversi setiap 10 kilogram sampah plastik menjadi 10 liter BBM. Pemanfaatan BBM ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan energi nelayan dan petani di berbagai wilayah di Sulteng. Gubernur Anwar Hafid menyatakan bahwa keberadaan SRC menjadi salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah sampah yang selama ini menjadi perhatian serius.

“Masyarakat harus diberdayakan dengan teknologi ini. Kami ingin nelayan dan petani dapat memproduksi bahan bakar sendiri untuk menekan biaya operasional,” ungkap Anwar. Inovasi ini, menurutnya, tidak hanya memberikan solusi untuk masalah lingkungan tetapi juga menjadi langkah strategis untuk memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat kecil.

Dalam penerapannya, program ini juga mencakup kolaborasi antara DLH dan sektor swasta melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Dengan demikian, keberadaan mesin pirolisis tidak hanya bergantung pada anggaran pemerintah, tetapi juga melibatkan peran aktif dunia usaha.

Mengarah pada pengembangan berkelanjutan, BBM hasil pirolisis akan mendukung program-program seperti Berani Panen Raya di sektor pertanian dan Berani Tangkap Banyak di sektor perikanan. Hal ini menjadikan sampah yang selama ini dianggap sebagai masalah, berubah menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.

Gubernur Anwar Hafid juga menargetkan agar setiap kelompok tani dan nelayan di Sulteng memiliki satu unit mesin pirolisis. Ia mendorong masyarakat untuk aktif mengumpulkan sampah plastik sebagai bahan baku produksi BBM mandiri. “Mari kita cari sampah sendiri dan produksi BBM sendiri. Ini adalah gerakan kecil yang dapat mengubah lingkungan serta mewujudkan energi mandiri untuk rakyat,” tegasnya.

Langkah ini mengindikasikan adanya kesadaran kolektif untuk mengelola sampah dengan cara yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis. Inisiatif seperti ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam menghadapi masalah serupa. Dengan memanfaatkan teknologi modern dan melibatkan komunitas, Sulteng berusaha menciptakan model pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

SRC diharapkan bukan hanya menjadi tempat pengolahan sampah, melainkan juga pusat inovasi yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah dan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana. Dengan cara ini, Sulteng bisa menjadi pelopor dalam mewujudkan masyarakat yang lebih mandiri dan responsif terhadap tantangan lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup warganya.

Kedepannya, inovasi seperti ini diharapkan dapat menginspirasi dan mendorong daerah lain untuk menjalankan program serupa demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Berita Terkait

Back to top button