Teknologi 5G Telkomsel: Solusi Andal untuk Industri Manufaktur

Batam, Octopus – Sektor manufaktur Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang solid di tengah dinamika ekonomi global. Data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan bahwa pada tahun 2024, investasi di sektor ini mencapai Rp721,3 triliun, atau setara 42,1 persen dari total investasi nasional, tumbuh 20,8 persen secara tahunan. Sektor manufaktur juga menyerap lebih dari 2,45 juta tenaga kerja dan berkontribusi 18,98 persen terhadap PDB nasional, menjadikannya penggerak utama perekonomian Indonesia.

Dalam konteks ini, teknologi 5G Telkomsel diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong utama transformasi industri manufaktur. Berdasarkan ‘2025 Manufacturing Industry Outlook’ dari lembaga riset Deloitte, 5G, bersama dengan teknologi cloud dan generative AI, berada di garis depan sebagai teknologi dengan potensi return on investment (ROI) tertinggi bagi pelaku manufaktur. Lebih dari sepertiga produsen industri di Indonesia bahkan merencanakan untuk mengadopsi teknologi 5G dalam satu hingga tiga tahun ke depan.

Konektivitas yang andal dan latensi rendah yang ditawarkan 5G Private Network memungkinkan integrasi ribuan sensor dan mesin secara real-time. Hal ini mendukung otomasi, analitik, serta optimalisasi dalam kualitas, efisiensi biaya, dan pemeliharaan prediktif. Dalam langkah konkret, Telkomsel baru-baru ini menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Pegaunihan Technology Indonesia, anak perusahaan dari Pegatron, untuk menghadirkan solusi teknologi berbasis konektivitas 5G di fasilitas manufaktur smart factory di Batam.

Kolaborasi ini merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman yang ditandatangani di Mobile World Congress (MWC) 2025 di Barcelona, Spanyol. Fasilitas smart factory yang dikelola oleh PT Pegaunihan Technology Indonesia menjadi bagian integral dari transformasi digital Pegatron secara global dan juga bagian dari upaya Telkomsel untuk mendorong kemajuan industri manufaktur nasional.

Dengan dukungan Telkomsel melalui unit bisnis Telkomsel Enterprise, perusahaan ini menyediakan solusi infrastruktur 5G Private Network Standalone (SA) yang akan memastikan konektivitas yang andal di seluruh area produksi. Selain itu, Telkomsel juga menyediakan hingga 1.200 kartu SIM untuk perangkat IoT yang akan terintegrasi dalam sistem smart manufacturing, memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses produksi secara efisien dan real-time.

Langkah ini sejalan dengan visi Telkomsel untuk mendukung produktivitas karyawan di smart factory Batam, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional, produktivitas, dan daya saing dalam era Industri 4.0. Direktur Transformasi dan Perencanaan Telkomsel, Wong Soon Nam, menegaskan bahwa solusi 5G yang dirancang khusus ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem manufaktur nasional dan mendorong kemajuan teknologi di Indonesia.

“Melalui inisiatif ini, kami berharap dapat memberikan dampak positif bagi industri dan menciptakan sinergi antara teknologi dan proses manufaktur yang lebih modern,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pegaunihan Technology Indonesia, Andy Hsieh, menambahkan bahwa kolaborasi ini memberikan fondasi penting dalam mewujudkan smart factory yang adaptif, terhubung, dan efisien. “Dengan jaringan 5G yang andal dan infrastruktur digital dari Telkomsel, kami mempercepat transformasi digital dalam rantai produksi, sekaligus mendorong pertumbuhan industri berbasis teknologi tinggi di Indonesia,” katanya.

Melihat potensi besar yang ditawarkan oleh teknologi 5G, industri manufaktur di Indonesia berada di ambang era baru yang lebih efisien dan terhubung. Dengan investasi dan kolaborasi yang tepat, masa depan industri ini dapat menjadi lebih cerah dan kompetitif di kancah global.

Berita Terkait

Back to top button