Teknik Minimal Invasif: Solusi Baru untuk Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan (Congenital Heart Disease/CHD) merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang dapat memengaruhi bayi sejak lahir. Kelainan ini disebabkan oleh perkembangan jantung atau pembuluh darah yang tidak sempurna selama fase janin, mengalami dampak serius pada aliran darah. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berujung pada komplikasi berat, termasuk gagal jantung dan hipertensi paru, serta risiko kematian.

Data menunjukkan bahwa CHD adalah salah satu kelainan bawaan yang paling umum. Gejala yang muncul dapat beragam, mulai dari kebiruan pada kulit, sesak napas, hingga berat badan sulit naik. Sayangnya, pengobatan konvensional sering kali melibatkan prosedur pembedahan besar yang membawa trauma fisik dan emosional, terutama pada anak-anak. Operasi ini umumnya memerlukan sternotomi—yakni membuka seluruh tulang dada—yang meskipun efektif, meningkatkan risiko infeksi serta memerlukan waktu pemulihan yang panjang.

Melihat tantangan tersebut, inovasi medis diperlukan. Di Siloam Hospitals Lippo Village, hadir harapan baru melalui teknik Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS). Teknik ini memungkinkan dokter melakukan operasi jantung melalui sayatan kecil berukuran hanya 4–6 cm, tanpa harus membuka seluruh tulang dada. Pendekatan ini menawarkan sejumlah manfaat, antara lain:

  • Trauma jaringan lebih minimal
  • Risiko infeksi lebih rendah
  • Waktu rawat inap yang lebih singkat
  • Pemulihan yang lebih cepat
  • Bekas luka operasi yang kecil dan lebih estetik

"Melalui pendekatan minimally invasive, kami ingin memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien dengan penyakit jantung bawaan," ujar dr. Budi Rahmat, Sp.BTKV, Subsp.JPK (K), seorang dokter spesialis bedah jantung di Siloam Hospitals Lippo Village. Menurutnya, dengan MICS, pasien dapat kembali beraktivitas lebih cepat tanpa mengorbankan keamanan dan efektivitas prosedur.

Siloam Hospitals Lippo Village mengedepankan tim bedah jantung berpengalaman, fasilitas ruang operasi modern, serta sistem pemulihan terpadu. Semua ini bertujuan untuk menghadirkan layanan yang inovatif dalam perawatan CHD di Indonesia. Penyakit jantung bawaan ini sendiri dibagi menjadi dua jenis utama: sianotik (biru) dan asianotik (tidak biru).

  • Sianotik: terjadi ketika darah rendah oksigen bercampur dengan darah beroksigen tinggi, mengakibatkan bibir dan kuku membiru. Contohnya termasuk Tetralogy of Fallot (TOF) dan Transposition of the Great Arteries (TGA).
  • Asianotik: pasien tidak mengalami kebiruan, tetapi ada kelainan aliran darah, seperti pada kasus Atrial Septal Defect (ASD) atau Ventricular Septal Defect (VSD).

Meskipun penyebab pasti CHD belum sepenuhnya diketahui, ada beberapa faktor risiko yang dapat diidentifikasi. Di antaranya adalah kelainan genetik, infeksi virus (seperti rubella) selama kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, serta penggunaan obat-obatan tertentu tanpa pengawasan medis.

Deteksi dini menjadi kunci dalam pengobatan CHD. Bayi yang menunjukkan gejala seperti napas cepat, kesulitan makan, pertumbuhan lambat, atau kulit kebiruan perlu segera mendapatkan evaluasi medis untuk menentukan langkah penanganan yang tepat.

Dengan hadirnya teknologi MICS, pasien dan keluarga kini memiliki pilihan pengobatan yang lebih aman dan nyaman. Teknologi ini tidak hanya menawarkan solusi fisik tetapi juga memberikan harapan baru bagi pasien penyakit jantung bawaan. Sistem perawatan yang lebih baik dan inovatif seperti MICS merupakan langkah maju yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup mereka, memungkinkan sejumlah anak menjalani kehidupan yang lebih sehat dan penuh harapan di masa depan.

Berita Terkait

Back to top button