
China resmi menaikkan tarif impor terhadap barang-barang asal Amerika Serikat (AS) mencapai 125% pada Jumat (11/4/2025). Kebijakan ini diambil sebagai bentuk respons terhadap langkah Presiden Donald Trump yang sebelumnya menaikkan tarif impor untuk produk-produk asal China hingga 145%. Aksi saling balas tarif impor ini semakin memperburuk ketegangan dalam konflik perdagangan yang berpotensi mengganggu rantai pasok global.
Perang dagang yang berkepanjangan antara kedua ekonomi terbesar dunia ini jelas terlihat dan menciptakan dampak signifikan terhadap kepercayaan pasar. “Risiko resesi kini jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa pekan lalu,” ujar Adam Hetts, kepala global multi-aset di Janus Henderson, kepada Reuters. Peningkatan tarif ini bukan hanya mengubah saluran perdagangan internasional, tetapi juga memengaruhi keseimbangan ekonomi global secara keseluruhan.
Sebagai informasi, nilai perdagangan bilateral antara AS dan China pada tahun 2024 tercatat lebih dari US$ 650 miliar. Para analis mengingatkan bahwa aksi saling balas ini dapat membuat perdagangan antara kedua negara menjadi semakin sulit. Menyikapi situasi ini, Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan kekuatan AS, "Presiden Trump telah menyatakan dengan jelas, apabila Amerika diserang, maka kami akan membalas lebih keras," ungkapnya.
Dampak dari perang tarif ini terlihat dari melemahnya nilai dolar AS berlanjut, yang diiringi dengan penjualan besar-besaran di pasar obligasi pemerintah. Hal ini menjadi petunjuk yang jelas bagi investor tentang berkurangnya kepercayaan terhadap aset-aset berbasis dolar. Menurut data pasar, harga emas, yang kerap dianggap sebagai aset lindung nilai dalam situasi ketidakpastian, telah melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, menandakan bahwa investor beralih ke instrumen yang lebih aman.
Sementara itu, organisasi internasional telah memperingatkan bahwa ketegangan ini dapat memicu dampak yang lebih luas, tidak hanya bagi AS dan China tetapi juga bagi negara-negara lain yang bergantung pada stabilitas perdagangan global. Di tengah ketidakpastian ini, banyak investor yang mulai mempertimbangkan diversifikasi portofolio mereka untuk mengurangi risiko.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dicatat terkait dengan tarif impor dan dampaknya:
Peningkatan Tarif: China menaikkan tarif hingga 125% terhadap produk AS, menanggapi tindakan Trump yang memberlakukan tarif hingga 145% untuk produk China.
Risiko Resesi: Analis mengindikasikan bahwa risiko resesi meningkat, berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi global.
Melemahnya Dolar AS: Nilai dolar AS mulai melemah, yang menunjukkan berkurangnya kepercayaan investor terhadap aset AS.
Lonjakan Harga Emas: Harga emas mencapai titik tertinggi, mencerminkan pergeseran preferensi investor kepada aset yang lebih aman saat ketidakpastian meningkat.
- Perdagangan Bilateral yang Terancam: Perang tarif dapat merusak perdagangan bilateral yang tercatat lebih dari US$ 650 miliar pada tahun lalu.
Ketika ketegangan ini berlanjut, pengaruhnya terhadap ekonomi global akan semakin terasa. Setiap langkah yang diambil oleh kedua belah pihak akan terus diawasi, sebab perkembangan ini tidak hanya akan mempengaruhi AS dan China, tetapi juga dampak yang jauh lebih besar bagi perekonomian dunia. Kepercayaan investor dan kestabilan pasar keuangan sedang berada dalam titik kritis, dan langkah-langkah respon dari kedua negara akan sangat menentukan arah perekonomian global ke depan.