
Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, mengumumkan bahwa tarif baru akan mulai diberlakukan terhadap Kanada dan Meksiko pada Selasa, 5 Maret. Meskipun situasi masih “dinamis” dan menentukan besaran tarif menjadi hak prerogatif Presiden Donald Trump, Lutnick menegaskan bahwa tindakan tersebut akan mempengaruhi sejumlah komoditas yang diimpor dari kedua negara tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Lutnick menyatakan, “Akan ada tarif pada hari Selasa untuk Meksiko dan Kanada.” Ia menjelaskan bahwa penentuan tepatnya besaran tarif masih akan ditangani oleh tim negosiasi presiden. Tarif yang diusulkan mencakup bea masuk sebanyak 25% untuk semua impor dari Meksiko dan sebagian besar barang dari Kanada. Selain itu, produk energi dari Kanada akan dikenakan tarif 10%, sementara tarif sebesar 10% sudah diterapkan pada barang-barang yang diimpor dari Tiongkok.
Keputusan ini muncul setelah penundaan tarif yang sebelumnya direncanakan selama sebulan. Namun, meskipun ada penundaan tersebut, Trump tetap memberlakukan tarif terhadap produk-produk Tiongkok. Langkah ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat berusaha untuk melindungi industri dalam negeri dan merespons praktik perdagangan yang dianggap tidak adil oleh mitra-mitranya.
Para ekonom memperingatkan bahwa penerapan tarif ini dapat menyebabkan lonjakan harga barang, termasuk sepatu, elektronik, bahan makanan, dan kendaraan. “Tarif ini akan merugikan konsumen dan bisnis Amerika,” kata seorang analis. Meski inflasi saat ini mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan, dampak dari inflasi jangka panjang masih dirasakan oleh banyak masyarakat. Dengan semakin mahalnya barang-barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari, beban biaya hidup masyarakat dapat meningkat.
Dalam pemaparannya, Menteri Keuangan Scott Bessent menjelaskan bahwa Meksiko telah menunjukkan niat untuk mencocokkan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Tiongkok. Ia mengatakan, “Jika Kanada melakukan hal yang sama, itu akan menjadi awal yang sangat baik.” Bessent menambahkan bahwa jika kedua negara memberlakukan tarif balasan, kemungkinan terjadinya eskalasi ketegangan perdagangan akan meningkat.
Bessent juga mengungkapkan rencana di dalam pemerintahan untuk menunjuk seorang “pengawas keterjangkauan” yang akan fokus pada sektor-sektor strategis yang dapat meringankan tekanan inflasi. Ia juga mengusulkan pembentukan “dewan keterjangkauan” untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat kelas pekerja Amerika. “Kami berupaya untuk memilih lima hingga delapan sektor di mana pemerintahan ini dapat membuat perbedaan,” ujarnya.
Meskipun Bessent menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan kenaikan harga, data menunjukkan bahwa dampak tarif sebelumnya sudah terasa. Sebuah analisis data yang diluncurkan oleh koalisi perdagangan bebas, Tariffs Hurt the Heartland, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan Amerika telah membayar tambahan $46 miliar dalam bentuk tarif dibandingkan jika kebijakan tarif Trump tidak ada.
Di sisi lain, meskipun Bessent percaya bahwa inflasi akan terus menurun, banyak pihak yang skeptis. “Ini adalah pendekatan yang menyeluruh. Akan ada tarif, pemangkasan regulasi, dan energi yang lebih murah,” imbuhnya. Namun, di tengah kebijakan yang semakin proteksionis ini, banyak kalangan yang khawatir bahwa biaya hidup masyarakat akan terus meningkat.
Dengan segala kemungkinan dan variabel yang ada, situasi ini tentu menjadi perhatian penting bagi seorang konsumen yang ingin menjaga anggaran keluarga. Jika tarif baru ini mulai berlaku, masyarakat harus bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan harga yang lebih tinggi pada berbagai kebutuhan pokok. Kini, saatnya kita menunggu bagaimana dampaknya bagi perekonomian Amerika dan kesejahteraan masyarakatnya dalam beberapa bulan ke depan.