
Ketegangan diplomatik antara Selandia Baru dan Tiongkok semakin meningkat seiring dengan aktivitas terbaru Kepulauan Cook, yang berencana menjalin kemitraan strategis dengan Tiongkok. Kepulauan Cook, yang merupakan negara kecil di Samudra Pasifik Selatan dan memiliki hubungan konstitusional dengan Selandia Baru, berencana melakukan kunjungan Perdana Menteri Mark Brown ke Tiongkok guna membahas perjanjian yang bersifat komprehensif. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang signifikan bagi Selandia Baru, terutama karena tidak adanya konsultasi sebelumnya sebelum kesepakatan tersebut dilakukan.
Perdana Menteri Mark Brown dan delegasi dari Kepulauan Cook dijadwalkan berkunjung ke Tiongkok antara 10 hingga 16 Februari 2025. Kunjungan ini menandai yang pertama dalam satu dekade bagi seorang pemimpin Kepulauan Cook ke Tiongkok. Salah satu hasil dari pertemuan tersebut adalah penandatanganan perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang mencakup sektor-sektor penting seperti infrastruktur, perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi. Dalam pernyataannya, Guo Jiakun, juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, mengungkapkan komitmen Tiongkok untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Kepulauan Cook.
Kekhawatiran Selandia Baru terhadap pengaruh Tiongkok di kawasan ini semakin diperkuat oleh pernyataan Perdana Menteri Christopher Luxon yang menekankan pentingnya transparansi dalam hubungan internasional, khususnya yang menyangkut isu pertahanan dan keamanan. Luxon merasa bahwa tanpa penjelasan yang jelas tentang perjanjian tersebut, Selandia Baru akan mempertimbangkan langkah-langkah responsif yang diperlukan. Menteri Luar Negeri Winston Peters pun menyuarakan keprihatinan mengenai potensi implikasi keamanan dari kesepakatan yang dilakukan oleh Kepulauan Cook dengan Tiongkok.
Kepulauan Cook, dalam posisinya, menegaskan bahwa mereka tidak diwajibkan untuk berkonsultasi dengan Selandia Baru mengenai urusan luar negeri. Perdana Menteri Brown mengungkapkan bahwa diskusi dengan Tiongkok bertujuan untuk mencapai hasil yang positif demi kepentingan ekonominya. Namun, sikap ini juga menimbulkan pertikaian diplomatik, dengan Selandia Baru khawatir akan segala bentuk keterlibatan rahasia dengan Tiongkok yang dapat memengaruhi stabilitas kawasan Pasifik.
Selandia Baru patut merasa khawatir, mengingat bahwa selama bertahun-tahun, Tiongkok telah meningkatkan kehadirannya di Oseania melalui investasi dan kerja sama yang luas. Dalam konteks ini, kepentingan strategis Tiongkok tidak hanya berfokus pada sumber daya ekonomi, tetapi juga berorientasi pada penguatan posisinya di arena internasional pasca-perang dingin. Dengan membangun relasi yang kuat dengan negara-negara mikro di Pasifik, Tiongkok berupaya untuk menggantikan dominasi kekuatan Barat, khususnya Amerika Serikat, di wilayah tersebut.
Kompleksitas dan ketegangan dalam hubungan ini terlihat dalam ungkapan keprihatinan warga Kepulauan Cook mengenai kerahasiaan perjanjian yang ditandatangani. Ketidakpastian ini memperburuk situasi, di mana masyarakat mulai mempertanyakan integritas dan transparansi dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan kemitraan luar negeri. Salah satu anggota oposisi lokal, Tina Browne, menyatakan keraguan terhadap ketidakjelasan yang mengelilingi perjanjian dan menyerukan perlunya kolaborasi yang lebih dekat dengan Selandia Baru.
Sementara itu, perkembangan ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan bagi stabilitas geopolitik di kawasan Pasifik. Oseania, sebagai wilayah yang mencakup banyak negara pulau independen, menjadi arena bagi perebutan pengaruh antara Tiongkok dan negara-negara Barat. Ketegangan yang terus berlanjut antara Selandia Baru dan Kepulauan Cook mungkin akan menciptakan efek domino yang dapat memengaruhi strategi diplomatik lebih luas di kawasan ini.
Dengan berlangsungnya perjanjian antara Kepulauan Cook dan Tiongkok, Selandia Baru menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan perannya sebagai pengaruh dominan di Polinesia. Lingkup pengaruh Tiongkok yang semakin meluas di Pasifik menuntut Selandia Baru untuk memikirkan kembali pendekatan dan strategi diplomatiknya guna mengamankan kepentingan dan stabilitas internasional di kawasan yang menjadi perhatian global ini.