Tak Cuma Gula, Nasi dan Tepung Juga Picu Diabetes? Simak Penjelasan!

Diabetes melitus kini menjadi masalah kesehatan yang semakin serius di Indonesia, dengan prevalensi yang meningkat dari 6,9 persen menjadi 10,9 persen dalam satu dekade terakhir. Masyarakat seringkali memiliki pandangan bahwa penyebab utama diabetes hanya berasal dari konsumsi gula berlebihan, khususnya dari makanan manis dan minuman manis. Namun, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Nur Rahmah Oktariani, mengungkapkan bahwa pemicu diabetes tidak terbatas pada gula saja, tetapi juga dapat berasal dari sumber karbohidrat lainnya, seperti nasi dan tepung.

Penyebab diabetes melitus yang jarang diperhatikan ini disebabkan oleh tingginya konsumsi karbohidrat dari nasi dan produk berbahan dasar tepung, seperti bakso dan bihun. Setelah dikonsumsi, karbohidrat ini diubah menjadi gula oleh tubuh. “Kombinasi antara nasi dan makanan berbasis tepung, serta konsumsi minuman kemasan yang tinggi gula,可以memicu lonjakan kadar gula darah secara signifikan,” jelas dr. Nur. Ketika pola makan ini terjadi secara berulang, pankreas harus bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin, yang sebenarnya berperan dalam mengatur kadar gula dalam darah.

Dr. Nur juga mengingatkan bahwa resistensi insulin tidak hanya berdampak pada pankreas. Organ lainnya, seperti hati dan otot, juga terpengaruh dalam pengelolaan glukosa. Keduanya berfungsi untuk menyimpan glukosa sebagai cadangan energi. Ketika produksi insulin terganggu, glukosa akan terus menumpuk di dalam darah, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes.

Satu hal yang penting untuk diingat adalah bahwa meskipun konsumsi gula tambahan perlu dibatasi, bukan berarti gula harus dihindari sepenuhnya. Dr. Nur merekomendasikan agar konsumsi gula tambahan tidak melebihi 50 gram per hari, sesuai dengan panduan dari WHO. Ini setara dengan sekitar empat sendok makan gula. Untuk membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, disarankan untuk memperbanyak konsumsi sumber protein, lemak sehat, serta sayur dan buah, yang kaya akan serat dan antioksidan. Serat dapat memperlambat penyerapan gula dalam darah dan membantu mengurangi lonjakan gula darah.

Dalam konteks yang lebih luas, perubahan pola makan dan gaya hidup sangat penting bagi penderita diabetes. Aktivitas fisik seperti olahraga selama 30-45 menit setiap hari, termasuk berjalan cepat atau jogging, turut berkontribusi dalam pengelolaan kadar gula darah yang lebih baik. Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa gaya hidup sedentari dan pola makan tidak seimbang masih menjadi tren yang mengkhawatirkan, terutama di kalangan masyarakat perkotaan.

Diabetes melitus telah menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, dengan angkanya terus meningkat. Menurut laporan dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), kematian akibat diabetes melonjak dari 57,42 kematian per 100.000 penduduk pada tahun 2019 menjadi 236.000 jiwa pada tahun 2021. Angka ini mencerminkan dampak serius dari penyakit ini terhadap kesehatan masyarakat dan menegaskan pentingnya pencegahan serta penanganan yang tepat.

Komplikasi terkait diabetes juga menjadi masalah serius, dengan penderita rentan terhadap penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronis, dan stroke. Tanpa penanganan yang tepat dan pencegahan sejak dini, kualitas hidup penderita bisa tergerus, bahkan mempercepat kematian.

Edukasi tentang gula tambahan, sumber karbohidrat tersembunyi, dan pentingnya aktivitas fisik menjadi krusial untuk kesehatan masyarakat. Pemerintah dan fasilitas kesehatan diharapkan agar lebih aktif dalam melakukan skrining dini serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan diabetes melitus sejak usia muda. Dengan cara ini, diharapkan kesadaran akan pola makan sehat dan pentingnya gaya hidup aktif dapat meningkat, sehingga kasus diabetes melitus dapat ditekan.

Exit mobile version