Susi Pudjiastuti Syok: Kapolres Ngada Diduga Cabuli Anak Dimutasi!

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengekspresikan keterkejutannya terkait pemindahan Kapolres Ngada nonaktif, AKBP Fajar Widyadharma Lukman ke Yanma Polri. Mutasi ini menyusul dugaan keterlibatan Fajar dalam kasus pencabulan anak di bawah umur dan narkoba, yang mencuat ke publik dan menimbulkan sorotan luas.

Kasus ini melibatkan setidaknya empat korban, dengan salah satunya masih berusia enam tahun. Masyarakat semakin cemas ketika mengetahui bahwa Fajar hanya dimutasi ke jabatan yang lebih rendah, alih-alih mendapatkan sanksi berat yang dinilai setimpal dengan pelanggarannya. Pindahan Fajar ke Unit Pelayanan di Yanma Polri berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/489/III/KEP/2025 yang ditandatangani pada 12 Maret 2025.

Susi ikut menyuarakan ketidakpuasannya melalui akun media sosialnya dengan menanggapi berita berjudul “Imbas Kasus Narkoba dan Pencabulan, Kapolres Ngada Dimutasi ke Yanma” dengan ungkapan keheranan, “What??? (Apa???)”. Ekspresi ini mencerminkan sentimen publik yang merasa tindakan tersebut tidak mencerminkan keseriusan dalam menanggapi pelanggaran hukum berat ini.

Pihak-pihak lain juga ikut memberikan reaksi. Jurnalis investigasi, Dandhy Laksono, juga tidak tinggal diam. Ia mengekspresikan kemarahannya dengan menyisipkan emoji geram pada kolom komentar berita tersebut. Tindakan pemindahan ini menjadi opsi yang dipertanyakan oleh banyak kalangan, yang merasa bahwa tindakan tersebut tidak cukup memberikan efek jera.

Beberapa spekulasi muncul dari publik mengenai keputusan tersebut. Banyak yang menduga bahwa pemindahan Fajar menandakan bahwa ia mengetahui informasi lain yang dapat melindunginya dari hukuman berat. Seorang warganet membuat pernyataan mencolok, menyatakan, “Berarti dia megang kartu-kartu AS pangkat di atasnya, jadi hanya mutasi. Biasanya sama bejatnya, jadi saling menutupi, melindungi kalau ada yang ketahuan.”

Reaksi masyarakat terhadap berita ini juga menunjukkan kekhawatiran mendalam akan keselamatan anak-anak. Mereka memperingatkan agar warga setempat tetap waspada terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh Fajar meskipun ia sudah tidak lagi menjabat sebagai Kapolres. Salah satu komentar menekankan, “Ke manapun dia dimutasi, tolong dikawal dan warga sekitar harus waspada tinggi. Ada pedofil datang, jaga baik-baik anak-anak kalian.”

Sindiran tajam lainnya juga muncul dari netizen yang menyoroti fenomena bahwa beberapa oknum dalam kepolisian dapat terlibat dalam kegiatan kriminal, namun tetap terjaga dari jerat hukum. Salah satu komentar menyoroti betapa mudahnya bagi individu-individu tertentu untuk beroperasi tanpa merasakan konsekuensi dari tindakan mereka yang melanggar hukum.

Penyampaian Susi dan reaksi netizen menunjukkan bahwa masyarakat mendambakan keadilan yang lebih tegas dan transparan dalam penegakan hukum, terutama ketika berhadapan dengan kasus sensitif yang melibatkan anak-anak. Publik menginginkan jaminan bahwa mereka dan anak-anak mereka aman dari pelaku kejahatan yang tidak mendapatkan hukuman yang setimpal.

Dengan berbagai reaksi dan spekulasi ini, isu mengenai pemindahan Kapolres Ngada tidak hanya merefleksikan ketidakpuasan masyarakat, tetapi juga mengungkap keprihatinan yang mendalam akan keselamatan anak-anak dan integritas kepolisian dalam menanggapi tindakan kriminal. Kasus ini menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa perlunya penegakan hukum yang konsisten dan adil adalah hal yang tak bisa ditawar lagi.

Berita Terkait

Back to top button