Survei: Mayoritas Warga AS Anggap Kebijakan Ekonomi Trump Memperburuk

Sebanyak 59% warga Amerika Serikat mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump, dengan mayoritas percaya bahwa kebijakan tersebut telah memperburuk kondisi ekonomi nasional. Angka ini naik signifikan dari 51% pada bulan Maret lalu, menjadi setara dengan penilaian terburuk yang pernah diterima Presiden Joe Biden sepanjang masa kepresidenannya. Survei yang dilakukan oleh CNN dan SSRS ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa semakin pesimis mengenai keadaan ekonomi saat ini.

Jajak pendapat ini menyoroti ketidakpuasan yang meluas, dengan hanya 34% responden yang menyatakan optimisme atau antusiasme terhadap ekonomi, sementara 29% merasa pesimis dan 37% mengalami ketakutan akan kondisi ekonomi mendatang. Dari kelompok usia di bawah 45 tahun, tujuh dari sepuluh orang menunjukkan rasa pesimis atau takut. Selain itu, survei juga menemukan bahwa 76% responden dari ras minoritas memiliki pandangan serupa.

Survei juga mencatat bahwa enam dari sepuluh orang warga AS merasa kebijakan perdagangan yang diterapkan Gedung Putih telah meningkatkan biaya hidup di komunitas mereka. Hanya 12% yang percaya bahwa kebijakan tersebut berkontribusi terhadap penurunan harga. Hal ini mencerminkan kekhawatiran yang lebih besar di kalangan masyarakat mengenai pertumbuhan biaya hidup.

Dalam survei ini, 69% publik meyakini bahwa resesi ekonomi dalam waktu satu tahun akan terjadi setidaknya cukup mungkin, dengan 32% di antaranya berpendapat bahwa hal itu sangat mungkin terjadi. Ketidakpuasan terhadap pengelolaan ekonomi oleh Trump menunjukkan babak baru dalam penilaian publik, di mana sebelumnya ia mendapatkan penilaian positif selama masa jabatan pertamanya.

“Saya merasa semua yang saya perjuangkan kini perlahan menghilang,” ungkap seorang pria Republikan berusia 59 tahun dari Georgia dalam tanggapannya. Kepedihannya terungkap saat ia mengkhawatirkan masa pensiunnya dalam suasana pasar saham yang tidak menentu. Di tengah pencarian solusi terhadap tantangan ini, Trump berjanji dalam kampanye 2024 untuk menurunkan harga mulai dari hari pertama.

Terlepas dari hubungan negatif ini, ada peningkatan kecil dalam pandangan Partai Republik terhadap kondisi ekonomi. Sebanyak 55% responden menyatakan bahwa kebijakan tarif Trump merupakan kebijakan yang buruk, sementara 28% menganggap sebaliknya. Dalam konteks ini, pandangan tentang tarif yang dikenakan kepada barang dari China sedikit lebih seimbang, dengan 53% menyebutnya sebagai kebijakan buruk dan 32% baik.

Banyak yang menganggap bahwa kebijakan tarif ini berpotensi negative tidak hanya untuk ekonomi AS, tetapi juga untuk keuangan pribadi mereka, dengan 72% responden merasa akan berdampak negatif dalam jangka pendek. Ini juga menunjukkan kurangnya kepercayaan publik terhadap strategi yang diterapkan oleh Trump dalam hal ini, di mana 58% merasa tidak yakin bahwa ia memiliki pendekatan yang jelas.

Di sisi lain, hanya 28% warga Amerika yang menilai kondisi ekonomi saat ini sebagai baik, sementara 71% mencapnya buruk. Dari semua responden, hanya 47% yang mengaku puas dengan kondisi keuangan pribadi mereka. Di sini, terlihat perbedaan yang signifikan antara pandangan partai politik, di mana lebih dari 10 kali lipat Republikan menunjukkan optimisme dibandingkan Demokrat.

Sementara survei ini dilakukan pada periode antara 17 hingga 24 April, masyarakat masih mencoba memahami arah kebijakan ekonomi yang diambil oleh Trump, dengan banyak yang merasa kebingungan akibat perubahan pendapat yang sering terjadi. Satu hal yang jelas adalah, meskipun terdapat segelintir harapan dari Partai Republik, mayoritas tetap memiliki pandangan suram mengenai masa depan perekonomian. Hal ini menandakan tantangan besar bagi pemerintahan Trump saat ia berupaya merebut kembali kepercayaan publik menjelang pemilihan mendatang.

Berita Terkait

Back to top button