Survei: 64% Pelaku Industri Finansial Utamakan Keamanan Data di Era AI

Seiring pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), pelaku industri finansial mulai beradaptasi dengan berbagai inovasi yang ditawarkan. Namun, survei terbaru dari Hitachi Vantara menunjukkan bahwa keamanan data menjadi fokus utama bagi 64% pelaku industri di sektor perbankan, finansial, dan asuransi (BFSI). Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun adopsi AI semakin meluas, tantangan keamanan data tetap menjadi perhatian yang tidak dapat diabaikan.

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 231 pemimpin TI dan bisnis global, terungkap bahwa 36% responden menyatakan pentingnya kualitas data untuk keberhasilan AI. Sedangkan, 64% lainnya lebih memprioritaskan keamanan data, mencerminkan kekhawatiran mendalam atas potensi risiko. Dalam konteks ini, 48% responden menyebutkan bahwa keamanan data adalah perhatian utama dalam penerapan AI. Ini menekankan betapa pentingnya perlindungan terhadap ancaman yang mungkin muncul, baik dari dalam maupun luar organisasi.

Joe Ong, Vice President dan General Manager untuk wilayah ASEAN Hitachi Vantara, menyatakan bahwa lembaga keuangan di seluruh dunia tengah mempercepat adopsi AI. Namun, Ong juga menyoroti bahwa banyak dari mereka yang belum menyadari bahwa infrastruktur data yang ada saat ini belum cukup siap untuk mendukung penerapan teknologi ini. “Organisasi keuangan perlu memperkuat fondasi data mereka agar AI dapat memberikan dampak nyata dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Angka mencolok lain dari survei tersebut adalah 84% responden mengakui bahwa kehilangan data akibat serangan atau kesalahan dapat berdampak katastrofik. Khawatir akan kebocoran data akibat tindakan AI internal, 36% responden mencantumkan hal ini sebagai salah satu kekhawatiran utama. Sementara, 38% mengungkapkan kekhawatiran mereka tidak mampu memulihkan data dari serangan ransomware. Serangan ransomware kini menjadi perhatian serius bagi para pemimpin TI di sektor BFSI, mengingat 32% responden juga merasa cemas bahwa serangan yang didukung AI bisa menyebabkan pelanggaran data.

Meski demikian, adopsi AI di sektor BFSI terus mengalami peningkatan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak organisasi menerapkan AI tanpa persiapan yang memadai. Sekitar 71% responden mengakui bahwa mereka lebih melakukan pengujian dan iterasi secara langsung pada implementasi aktif, sementara hanya 4% yang menggunakan lingkungan sandbox untuk pengujian yang lebih aman.

Para pemimpin sektor jasa keuangan meyakini bahwa kualitas data adalah pertimbangan paling penting untuk keberhasilan implementasi AI. Namun, kekhawatiran terkait keamanan data yang mendesak ini dapat berdampak pada menurunnya return on investment (ROI) yang diharapkan dari penggunaan AI. Dalam survei ini, tampak jelas ketegangan antara kebutuhan untuk berinovasi di satu sisi, dengan keharusan untuk menjaga keamanan dan integritas data di sisi lain.

Laporan ini dihasilkan dari Survei Global State of Data Infrastructure 2024 oleh Hitachi Vantara dan mewakili pandangan dari 231 spesialis BFSI, eksekutif tingkat C, dan pengambil keputusan di bidang TI dari 15 negara di seluruh dunia. Temuan ini merupakan panggilan untuk tindakan bagi pelaku industri finansial untuk lebih memperkuat infrastruktur data mereka seiring dengan semakin populernya teknologi AI, demi menghadapi tantangan yang ada dan mengoptimalkan potensi yang ditawarkan oleh teknologi ini.

Berita Terkait

Back to top button