Strategi BSI Genjot Transaksi Ritel: Agen dan QRIS Bikin Laris!

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) kini sedang memfokuskan upayanya untuk mengoptimalkan transaksi ritel, terutama di pasar-pasar tradisional. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat inklusi keuangan syariah di kalangan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dengan memanfaatkan potensi berbagai layanan yang tersedia, BSI berharap dapat meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi transaksi keuangan syariah bagi masyarakat di tataran akar rumput.

Direktur Distribution & Sales BSI, Anton Sukarna, mengungkapkan bahwa pasar merupakan salah satu pusat ekonomi yang vital bagi masyarakat. Melalui pemberdayaan ekosistem pasar, BSI berambisi untuk memperkokoh ketahanan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan instrumen keuangan syariah. “Kami berkomitmen untuk membangun sebuah ekosistem halal yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari produksi hingga penjualan di pasar,” jelasnya dalam keterangan resmi.

Dalam rangka meningkatkan transaksi, BSI akan terus mengembangkan berbagai layanan seperti BSI Agen, sistem pembayaran QRIS, dan Electronic Data Capture (EDC). “Kami ingin mendigitalisasi transaksi di pasar agar masyarakat dapat melakukan kegiatan keuangan dengan aman, cepat, dan mudah,” imbuh Anton. Penggunaan sistem ini, diharapkan dapat mendorong peningkatan inklusi keuangan di seluruh segmen masyarakat.

Sebagai gambaran, hingga tahun 2024, BSI menargetkan memiliki 448.000 merchant QRIS di seluruh Indonesia, dengan proyeksi mencapai 42,9 juta transaksi dan nilai transaksi sebesar Rp3,5 triliun. Selain itu, merchant EDC BSI ditargetkan mencapai 13.000 dengan proyeksi 1,3 juta transaksi dan nilai transaksi sekitar Rp551 miliar. Segmen usaha yang didominasi oleh pedagang besar dan eceran, serta wirausaha makanan dan minuman, menunjukkan potensi yang besar dalam pemanfaatan teknologi ini.

Keberadaan UMKM sangat penting bagi perekonomian nasional, berkontribusi hingga 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hampir 97% tenaga kerja di Indonesia. BSI mengambil langkah aktif dalam pemberdayaan sektor ini, mencatat penyaluran pembiayaan ke UMKM mencapai Rp52,09 triliun hingga Februari 2025. Angka ini mengalami kenaikan 12,69% secara tahunan, dan telah disalurkan kepada lebih dari 360.000 nasabah di seluruh Tanah Air.

Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) BSI juga menunjukkan prestasi yang baik, mencapai Rp97,45 triliun atau 34,58%, yang melampaui target yang ditetapkan oleh regulator. “Kami menyadari bahwa pelaku UMKM, termasuk mereka yang terlibat di ekosistem pasar, merupakan tulang punggung ekonomi nasional yang perlu didorong secara berkelanjutan melalui pemberdayaan ekonomi syariah,” kata Anton.

Melalui program-program ini, BSI bertekad untuk terus menjadikan ekonomi syariah sebagai pendorong utama pembangunan ekonomi nasional. Diharapkan, dengan pelaksanaan strategi ini, kemampuan pelaku UMKM dalam mengakses layanan keuangan syariah akan semakin meningkat, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kampanye edukasi mengenai investasi emas dan jenis pembiayaan yang sesuai dengan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah juga menjadi bagian dari inisiatif ini, guna memastikan bahwa setiap pelaku usaha memiliki pengetahuan yang memadai dalam mengelola keuangan mereka.

Berita Terkait

Back to top button