Teknologi

Starlink SpaceX Picu Bahaya, Pesawat Komersil Terancam!

Jakarta, Octopus – Dalam beberapa tahun terakhir, peluncuran satelit ke orbit rendah Bumi meningkat pesat, terutama dengan munculnya proyek ambisius seperti Starlink milik SpaceX. Namun, penelitian terbaru dari Universitas British Columbia, Kanada, menunjukkan bahwa peningkatan jumlah satelit ini dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan serius bagi pesawat komersil. Dengan pemodelan distribusi pesawat di langit dan catatan puing-puing roket yang tidak terkendali, para peneliti menemukan bahwa risiko tabrakan antara pesawat dan benda luar angkasa semakin tinggi.

Menurut studi tersebut, bahaya ini semakin diperburuk oleh jumlah satelit yang terus bertambah. Starlink, yang bertujuan untuk menyediakan akses internet global melalui jaringan satelit, telah meluncurkan ribuan satelit dalam beberapa tahun terakhir. “Meskipun teknologi pelacakan untuk puing-puing luar angkasa ada, masalahnya tetap kritis, terutama di wilayah dengan kepadatan penerbangan tinggi di sekitar bandara,” jelas para peneliti dalam laporan mereka, yang dikutip dari Sciencealert.

Data dari The Aerospace Corporation juga menunjukkan bahwa risiko tabrakan pesawat dengan puing-puing luar angkasa, yang fatal, telah mencapai angka 1:100 ribu pada tahun 2021. Risiko ini bukan hanya teoritis; bahkan benda sekecil satu gram dapat menyebabkan kerusakan serius pada pesawat, termasuk pecahnya kaca kokpit atau kerusakan pada mesin. Seiring dengan meningkatnya aktivitas peluncuran roket—yang banyak di antaranya tidak memiliki rencana kembali yang jelas—kekhawatiran ini bisa menjadi kenyataan.

“Tabrakan pesawat dengan benda jatuh di luar angkasa dapat mengakibatkan jaringan penerbangan terganggu, termasuk penutupan wilayah udara dan pembatalan penerbangan,” ungkap peneliti. Dengan banyaknya pesawat yang terbang di area padat seperti Amerika Serikat bagian timur laut dan kota-kota besar di Asia-Pasifik, peningkatan kemungkinan tabrakan tentunya menjadi perhatian serius bagi otoritas penerbangan.

Dalam pandangan para peneliti, tantangan ini akan terus ada selama beberapa dekade ke depan. “Lebih dari 2.300 badan roket saat ini berada di orbit rendah Bumi dan diprediksi dapat kembali tanpa kendali. Otoritas penerbangan akan terus menghadapi dilema ini,” tambah mereka. Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi industri penerbangan dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan badan swasta.

Di sisi lain, langkah-langkah untuk meningkatkan keselamatan sudah diperlukan. Para peneliti merekomendasikan agar perusahaan yang meluncurkan objek ke orbit berinvestasi dalam roket yang dirancang untuk kembali dengan aman ke Bumi. Meskipun teknologi ini sudah ada, kurang dari 35 persen peluncuran saat ini memanfaatkannya, sehingga mengakibatkan ketidakpastian dalam keselamatan penerbangan.

“Situasi ini menuntut tindakan proaktif, tidak hanya untuk melindungi penumpang, tetapi juga untuk menjaga kelancaran lalu lintas udara,” tandas peneliti. Mereka mengingatkan bahwa tindakan pencegahan bukan hanya penting untuk mencegah bencana, tetapi juga untuk menjamin kelangsungan operasi penerbangan di tengah komplikasi yang ditimbulkan oleh benda luar angkasa.

Pemerintah dan lembaga terkait harus berkolaborasi dengan perusahaan swasta untuk merancang strategi yang memadai dalam mengelola risiko yang ditimbulkan oleh lonjakan satelit dan puing-puing luar angkasa. Melalui kerja sama ini, diharapkan masalah keselamatan penerbangan dapat diatasi dan potensi kecelakaan dapat diminimalisir di masa depan. Ketidakpastian yang dihadapi penerbangan komersil tidak hanya berhubungan dengan teknologi peluncuran, tetapi juga dengan kemampuan sistem pemantauan dan respons cepat dalam menangani ancaman dari luar angkasa.

Mega Puspita adalah seorang penulis di situs berita octopus.co.id. Octopus adalah platform smart media yang menghadirkan berbagai informasi berita dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button