
Kasus korupsi yang melanda PT Pertamina tidak hanya menarik perhatian masyarakat karena potensi kerugian negara yang mencapai ratusan triliun rupiah, tetapi juga karena sosok-sosok di balik tersangka yang terlibat. Salah satu tersangka, pengusaha Muhammad Kerry Adrianto atau yang akrab disapa Kerry Riza, adalah anak dari saudagar minyak ternama, Mohammad Riza Chalid. Kasus ini membuat banyak orang penasaran tentang kehidupan keluarganya, terutama istri Kerry, Atya Sardadi, yang memiliki bisnis fashion yang tengah naik daun.
Atya Irdita Sardadi lahir pada tahun 1987, dan sebelum terjun ke dunia bisnis, ia merupakan finalis Gadis Sampul 2002 yang juga pernah berkarir sebagai model. Kini, ia dikenal luas berkat usaha fashion yang ia kelola, yaitu ARTKEA, yang telah mendapatkan tempat di hati banyak publik figur Tanah Air. Merek dagangnya tersebut baru-baru ini meresmikan flagship store di Plaza Indonesia, pusat perbelanjaan elit di Jakarta, yang semakin mengukuhkan eksistensinya dalam industri fashion.
Artkea memiliki beragam lini produk yang mencakup aksesori rambut, busana ready-to-wear, serta koleksi eksklusif lainnya. Keluarga Atya memulai jenama ini dengan ARTKEA Classic, yang fokus pada aksesori berbahan brukat dan premium. Produk-produk seperti bando, jepit rambut, serta mukena mewah menjadi bagian dari koleksi yang dapat dikenakan sehari-hari atau dijadikan hadiah istimewa. Dalam peluncuran flagship store-nya, Atya mengungkapkan bahwa produk artisanal ini berfokus pada kualitas dan desain yang elegan.
Bisnis ARTKEA terus berkembang dengan diluncurkannya beberapa lini baru seperti ARTKEA Stripes, ARTKEA Bloom, dan ARTKEA Colours, menunjukkan inovasi yang tak henti. Sukses dalam industri fashion, Atya tidak hanya berperan sebagai pemilik, tetapi juga menjadi Chief Marketing Officer (CMO) serta desainer untuk jenamanya sendiri.
Namun, bayang-bayang kasus hukum suaminya berimbas pada reputasi ARTKEA. Media sosial merek ini menjadi sorotan setelah isu korupsi Kerry mencuat. Warganet ramai menyerang ARTKEA di platform sosial, menyampaikan kemarahan mereka. Beberapa komentar menyebutkan, “Padahal suka lihat desain ARTKEA.. ternyata ownernya ikutan makan duit rakyat,” serta “Bahan baju dari oplosan bensin,” menggambarkan kekecewaan publik yang terlanjur menyukai produk Atya.
Reaksi masyarakat ini menciptakan suasana yang cukup negatif bagi ARTKEA, di mana sebagian pelanggan mempertanyakan integritas merek seiring dengan keterlibatan Kerry dalam kasus korupsi. Sang istri pun terpaksa menghadapi dampak dari situasi tersebut, meski ia berusaha menjaga bisnisnya tetap berjalan. Atya serta timnya tampaknya harus lebih beradaptasi cepat untuk memulihkan citra merek mereka dan menjaga hubungan baik dengan konsumen.
Sejak menikah dengan Kerry pada tahun 2015, Atya dan Kerry telah dikaruniai dua orang anak. Menyadari tantangan yang harus dihadapi, Atya yang berperan ganda sebagai ibu sekaligus pebisnis berupaya untuk tidak membiarkan nama baiknya tercoreng oleh perbuatan suaminya.
Kisah Atya Sardadi dan ARTKEA adalah gambaran menarik dari bagaimana bisnis keluarga bisa cepat berpotensi terpengaruh oleh skandal publik. Ini juga menjadi pelajaran bagi pengusaha lain tentang pentingnya menjaga integritas dan reputasi di ranah bisnis. Meskipun saat ini ARTKEA menghadapi tantangan, semangat Atya untuk terus berkarya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama di industri fashion Indonesia.