![SoftBank Rugi Rp39 Triliun: Apa yang Menyebabkan Krisi Ini?](https://octopus.co.id/wp-content/uploads/2025/02/SoftBank-Rugi-Rp39-Triliun-Apa-yang-Menyebabkan-Krisi-Ini.jpg)
SoftBank Group, raksasa teknologi asal Jepang, mengalami kerugian yang mengejutkan sebesar 369,2 miliar yen, setara dengan Rp39 triliun, pada periode Oktober hingga Desember 2024. Kerugian ini menjadi sorotan publik dan investor, terutama disebabkan penurunan valuasi yang signifikan pada divisi investasi Vision Fund.
Dalam laporan yang dirilis pada hari Rabu (12/2/2025), dikutip dari Channel News Asia, perusahaan mengalami tekanan besar akibat kerugian valuasi yang belum direalisasikan. Beberapa perusahaan yang terkena dampak signifikan antara lain adalah Coupang, platform e-commerce asal Korea Selatan; Didi Global, perusahaan transportasi online dari China; dan AutoStore Holdings. Penurunan nilai ketiga perusahaan ini sangat berkontribusi terhadap kinerja buruk SoftBank dalam kuartal tersebut.
Dari segi likuiditas, posisi kas dan setara kas SoftBank juga mengalami penurunan yang signifikan. Pada akhir Desember 2024, total kas perusahaan tercatat hanya 4,7 triliun yen, menurun drastis dari 6,2 triliun yen yang dilaporkan pada Maret 2024, yang merupakan akhir dari tahun pembukuan keuangan perusahaan. Penurunan ini mengindikasikan adanya tekanan finansial yang serius yang dialami oleh SoftBank, sehingga menimbulkan pertanyaan terkait kemampuan perusahaan untuk mendanai proyek investasi masa depan yang ambisius.
Di tengah kerugian besar ini, SoftBank tetap menunjukkan niatnya untuk berinvestasi di sektor teknologi, khususnya dalam kecerdasan buatan (AI). Sebuah sumber yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa SoftBank sedang dalam pembicaraan untuk menginvestasikan hingga USD 25 miliar di OpenAI pada Januari 2024. Jumlah ini bahkan dilaporkan meningkat menjadi USD 40 miliar. Dengan investasi sebesar ini, SoftBank berharap bisa memanfaatkan potensi pertumbuhan sektor AI yang terus berkembang pesat.
Tak hanya itu, SoftBank juga telah berkomitmen untuk menginvestasikan USD 15 miliar di proyek AI Amerika Serikat yang bernama Stargate. Proyek ini adalah usaha patungan antara SoftBank, OpenAI, dan Oracle yang bertujuan untuk membangun kapasitas pusat data AI di AS, dan didukung oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Langkah ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan sedang menghadapi kesulitan finansial, SoftBank tetap berkomitmen untuk berinvestasi dalam bidang teknologi yang dianggap masa depan.
Sementara itu, unit Vision Fund mengalami kerugian investasi yang cukup besar, yakni sebesar 352,7 miliar yen. Angka ini mencatatkan rekor kerugian selama dua kuartal berturut-turut. Sejak didirikan pada 2017, Vision Fund 1 telah mencatat keuntungan kotor mencapai USD 21,6 miliar, namun Vision Fund 2, yang diluncurkan pada 2019, justru mengalami kerugian sebesar USD 22,2 miliar. Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi SoftBank dalam mengelola portofolio investasinya.
Dengan hasil ini, SoftBank nampaknya harus memperhatikan kembali strategi investasinya untuk menghindari kerugian yang lebih besar di masa depan. Meskipun potensi investasi di perusahaan-perusahaan teknologi yang inovatif masih besar, namun risiko yang berkaitan dengan fluktuasi pasar dan penilaian yang berubah sangatlah tinggi.
Bagi investor dan pengamat industri, kinerja SoftBank menjadi contoh nyata akan ketidakpastian yang menyertai dunia investasi teknologi, serta perlunya kehati-hatian dalam mengambil keputusan investasi di sektor yang sangat dinamis ini. Ke depannya, efektivitas dari langkah-langkah yang diambil oleh SoftBank untuk memulihkan kinerjanya akan menjadi perhatian utama, terutama dalam konteks investasi yang ambisius di OpenAI dan proyek-proyek teknologi lainnya.