
Militer Israel mengkonfirmasi bahwa mereka berhasil mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman pada Kamis pagi, yang menyebabkan sirene berbunyi di beberapa wilayah, termasuk di Tel Aviv dan Yerusalem. Kejadian ini mencerminkan meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok militan Houthi yang mendapat dukungan dari Iran.
Menurut pernyataan resmi militer Israel, angkatan udara negara itu berhasil mencegat proyektil sebelum melewati batas wilayah Israel. Sirene diaktifkan sebagai bagian dari protokol keamanan, dan meskipun insiden tersebut menimbulkan kepanikan, layanan ambulans Israel melaporkan tidak ada cedera serius akibat serangan itu.
Houthi, yang saat ini tidak mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut, tampaknya tetap bersikeras untuk melanjutkan serangan mereka. Pada hari Selasa sebelumnya, mereka telah mengumumkan bahwa mereka menembakkan rudal balistik ke Israel dan berencana untuk memperluas jangkauan target serangan mereka. Aksi militer ini dianggap sebagai respons terhadap serangan udara Israel yang kembali berlangsung di Gaza setelah periode tenang yang cukup lama.
Sejak dimulainya konflik antara Israel dan Hamas pada akhir tahun 2023, Houthi telah melakukan lebih dari 100 serangan terhadap rute pengiriman di Laut Merah. Mereka mendasarkan aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. Dalam konteks ini, Houthi menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai “Poros Perlawanan,” sebuah aliansi milisi anti-Israel dan anti-Barat yang didukung oleh Iran, termasuk kelompok Hamas dan Hizbullah.
Sementara itu, Amerika Serikat tengah melancarkan serangan udara terhadap posisi Houthi di Yaman sebagai balasan atas serangan rudal yang mereka luncurkan. Serangan AS ini merupakan yang terbesar di Timur Tengah sejak Presiden Donald Trump menjabat kembali pada Januari 2025, dengan sedikitnya 31 orang dilaporkan tewas akibat operasi tersebut. Trump sendiri menegaskan bahwa mereka akan meminta pertanggungjawaban Iran atas dukungannya terhadap Houthi dalam drama konflik ini, mengingat sejarah panjang ketegangan antara AS dan Iran.
Serangan rudal dari Yaman ini mengganggu perdagangan global, karena Houthi telah membidik rute-rute pengiriman yang vital di Laut Merah. Tindakan ini mendorong militer AS untuk melanjutkan kampanye mencegat rudal Houthi, sebuah langkah yang memakan biaya tinggi dan berisiko menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Menurut laporan terbaru, serangan militer AS di Sanaa pada Rabu, 19 Maret 2025, menargetkan beberapa lokasi di ibu kota Yaman, termasuk area dekat bandara dan gedung-gedung publik. Informasi dari juru bicara kementerian kesehatan yang dikuasai Houthi menyebutkan sembilan orang terluka akibat serangan tersebut, termasuk di antaranya wanita dan anak-anak.
Ketegangan yang meningkat ini tidak hanya berfokus pada serangan rudal tetapi juga menggambarkan konflik yang lebih besar antara faksi-faksi di Timur Tengah, dimana masing-masing pihak berusaha menunjukan kekuatan dan pengaruh mereka. Di satu sisi, Houthi berusaha menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina, sedangkan di sisi lain, Israel dan sekutunya, termasuk AS, berusaha untuk mempertahankan keamanan wilayah mereka.
Dengan situasi yang semakin kompleks ini, dunia menyaksikan bagaimana ketegangan di Timur Tengah terus berlanjut, menunggu langkah apa yang akan diambil oleh masing-masing pihak di tengah ancaman yang terus ada dan hasil pertemuan diplomatik yang akan datang.