
Film “Bidaah” telah mencuri perhatian publik di Malaysia sejak dirilis pada bulan Maret 2025. Drama ini berhasil menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial, menyoroti isu yang relevan seputar agama dan kepercayaan di era modern. Dengan alur cerita yang kuat dan karakter yang menarik, “Bidaah” berhasil menampilkan kisah perjuangan seorang wanita muda yang terperangkap dalam sekte keagamaan yang dipimpin oleh sosok karismatik.
Cerita film ini berfokus pada karakter utama, Baiduri, yang diperankan oleh Riena Diana. Baiduri dibesarkan dalam keluarga yang sangat taat beragama, di mana ibunya, Kalsum (Fazlina Ahmad Daud), mempengaruhi langkahnya untuk bergabung dengan sekte bernama Jihad Ummah. Sekte ini dipimpin oleh Walid Muhammad (Faizal Hussein), seorang pria yang memiliki daya tarik kuat dan berhasil menarik banyak pengikut.
Meskipun pada awalnya Baiduri ragu, ia akhirnya memutuskan untuk mengikuti perintah ibunya dan bergabung dengan sekte tersebut. Namun, keputusannya memicu serangkaian peristiwa yang mengungkap praktik-praktik mencurigakan di dalam Jihad Ummah. Baiduri mulai merasakan ketidaknyamanan ketika ia menyaksikan adanya pernikahan paksa dan paksaan untuk tunduk sepenuhnya kepada kepemimpinan Walid. Selain itu, ritual-ritual yang dilaksanakan dalam sekte tersebut menimbulkan keraguan akan kesesuaiannya dengan ajaran agama yang benar.
Ketegangan semakin meningkat saat Hambali (Fattah Amin), anak Walid yang baru pulang dari Yaman, menyadari bahwa sekte tersebut telah menyimpang dari ajaran agama yang sejati. Sebagai seorang yang memiliki pendidikan agama yang kuat, Hambali mulai menggali lebih dalam untuk menemukan kebenaran mengenai Jihad Ummah. Dia dan Baiduri bertekad untuk mempertahankan keluarga mereka dari pengaruh buruk sekte sekaligus membongkar rahasia gelap yang tersimpan.
Kisah ini semakin menarik karena konflik yang terjadi tidak saja berasal dari dalam sekte, tetapi juga dari tantangan eksternal yang mengancam keselamatan Baiduri dan Hambali. Drama ini dengan cerdas menggambarkan betapa sulitnya memperjuangkan kebenaran di tengah ancaman dan tekanan dari orang-orang di sekitar mereka.
Bidaah tidak hanya menawarkan alur cerita yang mendebarkan, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang penting. Film ini mengajarkan penonton untuk tetap kritis terhadap suatu ajaran yang tampaknya menjanjikan, namun dapat membawa dampak buruk. Kisah perjalanan Baiduri dan Hambali menggugah kesadaran akan bahaya penyalahgunaan kekuasaan dalam organisasi keagamaan dan mendorong semua untuk berpegang pada ajaran agama yang benar dan murni.
Dengan karakter-karakter yang kompleks dan konflik yang tajam, “Bidaah” menjelma menjadi bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga sebuah wacana yang penting dalam memahami dinamika keagamaan di masyarakat. Drama ini mampu membuka diskusi yang lebih dalam mengenai praktik keagamaan yang benar, serta bagaimana individu harus mampu menganalisis ajaran yang coba ditawarkan kepada mereka.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi, perjalanan Baiduri dan Hambali dalam film ini menawarkan harapan bahwa dengan keberanian dan tekad, kebenaran dapat terungkap, dan kehidupan mereka dapat berubah menuju arah yang lebih baik di masa depan. “Bidaah” adalah drama yang harus ditonton bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang hubungan antara agama, kepercayaan, dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.