Siasat Eropa Atasi Limbah Makanan: Satu Keluarga, Satu Ayam

Di Prancis dan Belgia, sejumlah kota mulai mengambil langkah inovatif untuk mengatasi limbah makanan rumah tangga dengan membagikan ayam secara gratis kepada warganya. Tujuannya jelas: mengurangi sampah organik yang dihasilkan setiap keluarga. Inisiatif yang cukup unik ini sudah berlangsung selama beberapa tahun dan menunjukkan hasil yang positif.

Salah satu pelopor inisiatif ini adalah kota Colmar, yang terletak di timur laut Prancis. Pada sekitar Paskah tahun 2015, pemerintah setempat meluncurkan program yang mengedarkan ayam gratis kepada warganya, di bawah kampanye dengan slogan “Satu keluarga, satu ayam betina.” Gagasan ini muncul dari keinginan untuk mengurangi limbah makanan dengan cara yang sederhana namun efektif: warga memelihara ayam, sementara ayam tersebut memanfaatkan sisa makanan dari dapur untuk makanan sehari-hari dan memberikan telur sebagai imbalannya.

Di awal program, lebih dari 200 rumah tangga berpartisipasi, dengan masing-masing menerima dua ekor ayam dari jenis poulet rouge atau ayam Alsace, yang merupakan ras lokal Prancis. Warga yang ikut serta diharuskan menandatangani perjanjian pemeliharaan, yang memungkinkan pemerintah melakukan inspeksi mendadak untuk memastikan kesejahteraan hewan. Meskipun perangkat kandang tidak disediakan oleh pemerintah, warga harus menyediakan ruang terbuka minimal antara delapan hingga sepuluh meter persegi untuk ayam-ayam tersebut.

Program ini telah menunjukkan keberhasilan yang nyata. Sejak diluncurkan, pada tahun 2023 diperkirakan jumlah ayam yang telah dibagikan mencapai 5.282 ekor, dan lebih dari 20 kota lainnya di sekitarnya kini terlibat dalam inisiatif yang sama. Menurut Eric Straumann, presiden wilayah aglomerasi Colmar, program ini telah berhasil mencegah sekitar 273 ton limbah organik agar tidak berakhir di tempat pembuangan sampah. Setiap ayam betina dapat mengkonsumsi sekitar 150 gram limbah organik per hari dan dapat hidup hingga empat tahun.

Limbah makanan menjadi masalah serius di seluruh dunia. Sekitar sepertiga dari total makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia hilang atau terbuang, yang setara dengan 1,3 miliar ton setiap tahunnya. Akan tetapi, pembuangan limbah makanan ini tidak hanya memengaruhi ketahanan pangan, tetapi juga menghasilkan emisi metana yang berbahaya bagi lingkungan. Karena itu, pendekatan yang diambil oleh Colmar menjadi model bagi kota-kota lain dalam menangani masalah ini.

Di Belgia, skema serupa diadakan di beberapa kota seperti Mouscron, Antwerp, dan Limburg. Namun, warga di Limburg harus menandatangani perjanjian yang melarang mereka memakan ayam dalam dua tahun pertama. Di Limburg, lebih dari 2.500 keluarga mendaftar dalam program ini dan tiap peserta diwajibkan untuk membuktikan bahwa mereka memiliki ruang yang cukup untuk memelihara ayam. Pelatihan dasar juga diberikan untuk memastikan pemeliharaan yang tepat.

Meskipun program ini memiliki banyak manfaat, ada beberapa tantangan dan risiko yang harus diperhatikan. Misalnya, di beberapa negara seperti Inggris, regulasi melarang pemilik ayam memberi makan sisa dapur kepada ayam mereka karena risiko penyakit. Selain itu, para ahli memperingatkan bahwa merawat ayam bukanlah tanpa biaya, karena membutuhkan pakan, air, dan ruang serta waktu. Ini bisa menjadi aspek yang sulit terutama bagi keluarga yang hidup dalam kondisi ekonomi yang lebih menantang.

Beragam pendekatan dan solusi yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan bagaimana pengelolaan limbah makanan dapat dilakukan secara lebih berkelanjutan dan inovatif. Di Colmar, misalnya, hubungan antartetangga juga semakin erat akibat proyek ini; keluarga saling membantu menjaga ayam milik tetangga saat salah satu keluarga pergi berlibur. Ini menjadi indikasi bahwa program tersebut tidak hanya berfungsi untuk mengurangi limbah, namun juga memperkuat komunitas dan komunikasi antarwarga.

Dengan mengadopsi konsep “satu keluarga, satu ayam”, kota-kota di Eropa menunjukkan kepada dunia bahwa solusi kreatif dan kolaboratif dapat membantu dalam mengatasi masalah limbah makanan dan menghasilkan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

Berita Terkait

Back to top button