
JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Seminar Kartini Fest 2025 bertajuk “Perempuan Pekerja Keras: Kartini Masa Kini” berlangsung di Balai Sidang Djokosoetono, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Ketua Bidang Kesehatan Masyarakat DPP Partai Perindo, Sri Gusni Febriasari, menjadi salah satu pembicara utama dalam acara ini dan memaparkan refleksi serta gagasan mengenai peran perempuan dalam kepemimpinan di era modern.
Sri Gusni menekankan pentingnya keberanian dalam kepemimpinan perempuan yang harus dibangun dari karakter yang kuat dan kapasitas yang terbukti. Dalam pidatonya, ia memperkenalkan prinsip MIRACLE (Management, Innovation, Research, Apprenticing, Communitarian, Leadership) yang ditanamkan oleh Prof. Adang Bachtiar, seorang ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia. “Kepemimpinan perempuan harus dibangun dari karakter yang kuat, kapasitas yang teruji, dan keberpihakan pada masyarakat,” ungkapnya.
Ia mengingat pengalaman pribadinya saat mencalonkan diri sebagai Ketua BEM FKM UI 15 tahun lalu, di mana ia menghadapi banyak stereotip yang menganggap perempuan tidak layak memimpin. Namun, melalui kerja keras dan pencapaian nyata, Sri Gusni berhasil membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang setara dalam dunia kepemimpinan. “Cara terbaik membungkam para patriarki adalah melalui prestasi dan kontribusi,” ucapnya.
Seminar ini juga mengakomodasi pentingnya isu-isu kesehatan perempuan. Sri Gusni menegaskan bahwa perjuangan politiknya sangat berakar pada masalah kesehatan perempuan, termasuk penurunan angka kematian ibu dan anak serta akses layanan kesehatan reproduksi. Dia menyerukan untuk mendorong implementasi Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak serta UU Kesehatan.
Keaktifan Partai Perindo dalam menangani isu-isu ini juga menjadi fokus perhatian. “Partai kita berkomitmen mengawal isu-isu ini melalui kerja kader di legislatif maupun eksekutif,” tegas Sri Gusni. Dia menekankan bahwa ekosistem partai politik yang sehat akan menciptakan kesetaraan dan keadilan bagi perempuan.
Sri Gusni juga merasa beruntung berada di bawah kepemimpinan Angela Tanoesoedibjo, Ketua Umum DPP Partai Perindo, yang konsisten menempatkan perempuan pada posisi strategis dan memberikan ruang bagi pemimpin perempuan untuk berkembang. “Lima kecerdasan paripurna—intelektual, sosial, digital, spiritual, dan pengalaman—harus menjadi bekal untuk kepemimpinan,” paparnya.
Acara ini dimoderatori oleh Cintya Amanda Labetta, S.H., yang juga merupakan ketua bidang pemberdayaan perempuan IMMH UI 2024/2025, dengan narasumber tambahan seperti Lisda Hendrajoni dan Titi Anggraini. Ghunarsa Sujatnika, Manajer Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum UI, juga memberikan keynote speech yang menginspirasi.
Ketua IMMH UI, Rifcky Amarthtya Ardiatama Utomo, menyoroti bahwa Hari Kartini bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan momentum untuk mengingat perjuangan kesetaraan gender dan akses pendidikan yang masih relevan hingga kini. “Semangat Kartini menginspirasi kita semua—terutama generasi muda—untuk terus memperjuangkan keadilan, kebebasan berpikir, dan pemberdayaan perempuan,” ujarnya.
Seminar ini menjadi salah satu upaya untuk menggalang kesadaran akan peran perempuan dalam berbagai aspek, termasuk politik dan kepemimpinan. Pesan Sri Gusni kepada generasi muda perempuan adalah untuk tidak takut terjun ke dunia organisasi dan politik. “Pegang teguh ‘trust’ yang diberikan dengan terus meningkatkan kapasitas dan menjaga integritas. Perempuan bisa jadi pemimpin hebat, dan perubahan besar dimulai dari keberanian untuk mengambil peran,” tandasnya.