Sekjen To Lam Puji Filosofi Politik Luar Negeri Indonesia yang Kuat

Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, To Lam, mengunjungi Indonesia pada 9-11 Maret 2025, dalam rangka menghadiri serangkaian acara yang diselenggarakan atas undangan Presiden Indonesia dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Kunjungan ini menandai momen penting karena menjadi lawatan pertama seorang Sekjen Partai Komunis Vietnam ke Indonesia dalam delapan tahun terakhir, sejak Agustus 2017. Dalam pidato kebijakan yang disampaikan di Sekretariat ASEAN, Jakarta, To Lam memberikan penilaian positif terhadap filosofi politik luar negeri Indonesia yang berpegang pada prinsip kemandirian, keberpihakan, dan non-blok.

To Lam menekankan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh signifikan di kawasan, tetapi juga memiliki gagasan-gagasan yang dapat melampaui batas-batas regional. "Kemandirian dan non-blok telah menjadi filosofi politik luar negeri yang sejalan dengan tantangan global yang semakin kompleks," ujar To Lam seperti dikutip dari kantor berita Vietnam (VNA).

Dalam pidatonya, To Lam mengidentifikasi tiga tren utama yang saat ini memengaruhi situasi global dan perlu dicermati oleh ASEAN dan Vietnam:

  1. Perubahan Geopolitik Menuju Multipolaritas: Kondisi persaingan antara negara-negara besar semakin intensif, yang mempengaruhi dinamika politik global.
  2. Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Perkembangan teknologi baru menjadi sangat signifikan, mempengaruhi berbagai sektor, termasuk ekonomi dan keamanan.
  3. Tantangan Keamanan Non-Tradisional: Munculnya berbagai ancaman yang tidak hanya bersifat militer, tetapi juga lingkungan, sosial, dan ekonomi, yang dampaknya luas terhadap stabilitas internasional.

To Lam menekankan bahwa tantangan ini menawarkan peluang untuk inovasi dan kerja sama baru di tingkat regional. Ia mendorong negara-negara ASEAN untuk bersatu dan menghadapi tantangan dengan berkomitmen untuk berinovasi guna menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan. "Kita perlu bertekad dan bersatu untuk menghadapi tantangan serta mendorong inovasi dalam menghadapi isu-isu global yang kompleks," tegasnya.

Kunjungan Sekjen To Lam juga bertepatan dengan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vietnam. Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Vietnam pada tahun 1955. Sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi Vietnam di ASEAN, nilai perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai US$ 16,7 miliar pada tahun 2024, meningkat 21,6% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan target mencapai US$ 18 miliar pada tahun 2028.

Hubungan bilateral kedua negara tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi. Indonesia juga menjadi salah satu negara awal yang menjalin kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan dengan Vietnam. Kerja sama ini diperkuat dengan pendirian kantor atase militer Indonesia di Vietnam pada tahun 1964 dan berbagai perjanjian kerja sama pertahanan yang telah dibuat.

Dalam konteks ini, kunjungan Sekjen To Lam diharapkan dapat lebih mempererat hubungan bilateral serta memperkuat kolaborasi regional di berbagai bidang, termasuk ekonomi, keamanan, dan maritim. Upaya ini menjadi sangat penting mengingat tantangan global yang semakin kompleks, dan diperlukan dukungan serta kerjasama yang erat antar negara di kawasan.

Dengan demikian, filosofi politik luar negeri Indonesia yang mengedepankan kemandirian dan non-blok tidak hanya menjadi landasan bagi kebijakan luar negeri negara ini, tetapi juga memberikan inspirasi bagi negara-negara lain, termasuk Vietnam, dalam menghadapi dinamika geopolitik dan tantangan global saat ini.

Exit mobile version