SEKJEN PBB: Paus Fransiskus, Sosok Pembawa Harapan Dunia

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengungkapkan rasa duka yang mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin (21/4). Dalam pernyataannya, Guterres menggambarkan pemimpin Gereja Katolik tersebut sebagai sosok yang membawa harapan, kerendahan hati, dan kemanusiaan bagi umat manusia.

Guterres menyatakan, “Saya ikut berkabung atas wafatnya Paus Fransiskus, seorang pembawa harapan, kerendahan hati, dan kemanusiaan.” Pernyataan ini melambangkan seberapa besar pengaruh Paus Fransiskus terhadap masyarakat global, terutama dalam isu-isu perdamaian dan keadilan sosial. Menurutnya, Paus Fransiskus merupakan suara bagi perdamaian, martabat manusia, dan keadilan sosial, serta telah meninggalkan warisan yang kuat melalui iman, pelayanan, dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia.

Paus Fransiskus, yang meninggal pada usia 88 tahun, menghabiskan waktu terakhirnya di kediaman Casa Santa Marta di Vatikan. Pada bulan Februari, beliau sempat dirawat di rumah sakit akibat pneumonia, yang menjadi salah satu tantangan kesehatan yang dihadapinya. Meskipun menghadapi berbagai kesulitan, kehadiran dan kontribusi beliau dalam dunia spiritual tetap tidak tergantikan.

Dalam banyak kesempatan, Paus Fransiskus menunjukkan komitmennya terhadap mereka yang terpinggirkan. Beliau senantiasa menyerukan perhatian yang lebih besar terhadap mereka yang terjebak dalam konflik ataupun yang hidup dalam kemiskinan. Sebagai pemimpin gereja, beliau berupaya untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dunia, termasuk krisis iklim, ketidakadilan sosial, dan fenomena migrasi yang semakin meningkat di berbagai belahan dunia.

Sebagai catatan, dalam pernyataannya, Guterres juga mengungkapkan bahwa tujuan mulia Paus Fransiskus sejalan dengan misi PBB untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan adil. Kerjasama antara gereja dan organisasi internasional ini menjadi penting untuk mewujudkan target-target global, termasuk Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB.

Belum lama setelah berita wafatnya Paus, pemerintah Argentina—negaranya yang asal—segera mengumumkan masa berkabung selama tujuh hari. Langkah ini menandakan betapa besar penghormatan yang diberikan kepada sosok Paus Fransiskus di negeri asalnya, di mana beliau menjadi simbol persatuan dan harapan.

Paus Fransiskus dikenal dengan pendekatan yang moderat dan konfrontatif terhadap isu-isu sosial yang kompleks. Melalui pembicaraan publiknya, beliau sering menekankan pentingnya dialog antaragama dan toleransi. Sarana ini digunakan untuk menjembatani perbedaan di masyarakat yang kerap kali terpecah oleh ideologi dan keyakinan.

Sejak resmi dilantik sebagai Paus pada Maret 2013, Fransiskus berfokus pada reformasi dalam internal gereja dan penanganan isu-isu global. Dalam banyak ceramahnya, beliau menekankan pentingnya cinta dan kasih sayang sebagai inti dari setiap ajaran moral. Pendekatannya yang lembut namun tegas membuatnya dihormati tidak hanya di kalangan umat Katolik, tetapi juga di seluruh dunia, bahkan di kalangan mereka yang tidak beragama.

Rasa duka oleh Guterres dan banyak pemimpin dunia lainnya atas wafatnya Paus Fransiskus mencerminkan betapa banyaknya orang yang terinspirasi oleh ajarannya. Beliau meninggalkan jejak yang mendalam dan harapan akan masa depan yang lebih baik, dengan cita-cita membawa perdamaian bagi seluruh umat manusia, terutama bagi yang paling membutuhkan. Mengingat semua warisan yang ditinggalkannya, banyak pihak berharap bahwa pesan-pesan damai dan kasih sayangnya akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.

Berita Terkait

Back to top button