
Saat ini, Gereja Katolik mengalami kekosongan kepemimpinan setelah meninggalnya Paus Fransiskus. Dalam istilah gereja, situasi ini disebut sede vacante, yang berarti takhta kosong. Untuk mengisi kekosongan tersebut, konklaf atau pertemuan dewan kardinal akan dimulai pada 7 Mei 2025 mendatang. Lama berlangsungnya konklaf kali ini belum dapat dipastikan, karena tergantung pada perolehan suara dari kardinal elektor yang terlibat.
Konklaf terlama dalam sejarah Gereja Katolik terjadi pada tahun 1268 di Viterbo, Italia. Proses pemilihan ini berlangsung selama lebih dari dua tahun, tepatnya dari November 1268 hingga September 1271. Ventilasi suara yang tidak kunjung mencapai kesepakatan membuat pemilihan pengganti Paus Clement IV menjadi sangat panjang. Akhirnya, setelah perdebatan yang melelahkan, Teobaldo Visconti terpilih dan kemudian bergelar Paus Gregorius X.
Secara historis, konklaf yang diadakan pada tahun 1740 pun mencatatkan panjang waktu pemilihan yang cukup mengesankan, yaitu 181 hari, dari 18 Februari hingga 17 Agustus. Konklaf tersebut dihadiri oleh 51 kardinal, di mana empat di antaranya meninggal selama masa pemilihan. Kardinal Prospero Lambertini terpilih pada kesempatan itu dan kemudian dikenal sebagai Paus Benediktus XIV.
Dari perspektif modern, konklaf yang berlangsung pada tahun 2013 menjadi salah satu yang paling singkat, hanya memakan waktu sekitar 27 jam dan menghasilkan pemilihan Kardinal Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus Fransiskus. Sebaliknya, konklaf 2005 berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam dengan dipilihnya Kardinal Ratzinger, yang kemudian bergelar Paus Benediktus XVI.
Konklaf, sebagai proses pemilihan pemimpin Gereja Katolik, melibatkan prosedur yang sangat ketat dan rahasia. Sejumlah kardinal yang memenuhi syarat akan memberikan suara untuk memilih pengganti paus. Hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara, dan saat ini, dari total 252 kardinal dari 90 negara, terdapat 135 kardinal yang memenuhi syarat sebagai kardinal elektor, termasuk Ignatius Kardinal Suharyo dari Indonesia.
Penting untuk memahami bahwa ketidakpastian lama konklaf dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam beberapa kasus, jika dukungan untuk satu kandidat tidak cukup mendominasi, pemungutan suara dapat membutuhkan waktu yang lebih lama. Proses ini terencana untuk dilakukan sebanyak empat kali sehari — dua kali di pagi hari dan dua kali di sore hari — untuk memberikan kesempatan bagi para kardinal berunding dan mendalami pilihan mereka.
Dengan pemilihan yang akan datang, perhatian masyarakat dunia akan tertuju pada konklaf yang akan berlangsung di Vatikan. Keamanan ketat akan diberlakukan untuk mencegah kebocoran informasi selama proses pemungutan suara. Gereja Katolik berharap dapat segera menemukan sosok pemimpin yang mampu meneruskan misi dan nilai-nilai Gereja di era yang penuh tantangan ini.
Setelah tragedi kehilangan Paus Fransiskus, harapan akan seorang pemimpin yang mampu menyatukan umat Katolik menjadi semakin mendesak. Dengan sejarah panjang konklaf, termasuk yang terlama di tahun 1268, proses pemilihan ini akan terus menjadi sorotan utama baik bagi pemeluk agama Katolik maupun masyarakat global secara umum.