Sejak Sebulan Blokade, Anak-Anak Palestina Terancam Dehidrasi

Sejak diberlakukan blokade total oleh Israel pada 2 Maret 2025, situasi di Jalur Gaza semakin memburuk, terutama bagi anak-anak. Badan PBB UNICEF melaporkan bahwa ribuan anak Palestine kini berada dalam bahaya besar akibat penutupan total pengiriman makanan dan bantuan. Krisis kemanusiaan ini semakin diperparah dengan jumlah anak yang menderita malnutrisi dan dehidrasi yang terus meningkat.

Data UNICEF menunjukkan bahwa lebih dari 9.000 anak telah dirawat karena kekurangan gizi akut sejak awal tahun ini. Pada Sabtu, 3 Mei, Al Jazeera melaporkan berita tragis tentang seorang bayi bernama Janan Saleh al-Sakafi yang meninggal karena malnutrisi dan dehidrasi di Rantisi Hospital, Gaza City. Situasi ini menggambarkan betapa parahnya dampak dari blokade yang diterapkan, di mana anak-anak menjadi kelompok paling rentan.

Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell menegaskan, “Selama dua bulan, anak-anak di Jalur Gaza telah menghadapi pemboman tanpa henti sementara mereka tidak mendapatkan barang-barang penting, layanan, dan perawatan yang menyelamatkan nyawa.” Dia menambahkan bahwa dengan setiap harinya yang berlalu tanpa bantuan, risiko menghadapi kelaparan dan penyakit semakin meningkat.

Blokade ini telah menutup akses ke barang-barang penting seperti makanan, air bersih, dan perawatan medis. Pemerintah Israel membela tindakan ini dengan alasan menekan kelompok Hamas untuk membebaskan tawanan, namun tidak ada perubahan signifikan atau pembebasan tawanan sejak gencatan senjata diterapkan. Pejabat Hamas, Abdel Rahman Shadid, dalam pernyataannya mengkritik tindakan Israel dengan menyebut kelaparan sebagai senjata terhadap warga Palestina. “Anak-anak meninggal karena kekurangan susu, bukan hanya karena bom,” ujarnya.

Krisis air dan makanan telah menyebabkan dampak tragis lainnya. UNICEF mencatat bahwa perhatian global terhadap masalah ini semakin besar, tetapi respons dari dunia internasional masih belum seimbang dengan tingkat kepentingannya. Banyak negara dan organisasi internasional mengutuk blokade total ini yang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Meski demikian, Israel tetap pada pendiriannya.

Dalam periode yang sama, lebih dari 39.000 anak Palestina telah menjadi yatim piatu akibat konflik yang berlangsung di kawasan ini, menunjukkan dampak jangka panjang dari kekerasan yang terjadi. Sementara pasokan makanan di Gaza diperkirakan hanya tinggal cukup untuk dua minggu ke depan, situasi ini sangat memprihatinkan, terutama bagi anak-anak yang merupakan masa depan bangsa.

Dengan seluruh informasi ini, jelas bahwa blokade yang dilaksanakan membawa konsekuensi yang sangat serius dan tragis bagi kehidupan anak-anak di Gaza. UNICEF dan banyak pihak lainnya menyerukan agar bantuan kemanusiaan segera diperbolehkan masuk untuk mengatasi krisis yang semakin dalam. Dalam kondisi seperti ini, perhatian dunia sangat dibutuhkan agar nasib ribuan anak belia di Gaza bisa terjaga dan tidak ada lagi nyawa yang melayang karena kekurangan pasokan esensial seperti makanan dan air.

Berita Terkait

Back to top button