Rusia Tempatkan Pesawat Militer di Papua, Australia Minta Penjelasan

Australia berupaya mencari klarifikasi dari pemerintah Indonesia setelah muncul laporan mengenai permintaan Rusia untuk menempatkan pangkalan pesawat militer di Papua. Laporan tersebut, yang pertama kali diluncurkan oleh publikasi pertahanan Janes, menyebutkan bahwa Jakarta telah menerima permintaan resmi dari Moskow terkait izin bagi pesawat Angkatan Udara Rusia (VKS) untuk beroperasi di fasilitas di provinsi paling timur Indonesia itu.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menegaskan bahwa negara tersebut tidak ingin melihat peningkatan pengaruh Rusia di kawasan. “Kami jelas tidak ingin melihat pengaruh Rusia di wilayah kami,” ungkap Albanese saat memberi keterangan kepada wartawan, sebagaimana dilansir oleh Reuters.

Jarak Papua dari kota Darwin, Australia, sekitar 1.200 km. Lokasi ini menjadi penting, karena di Darwin terdapat pasukan rotasi Korps Marinir Amerika Serikat yang di tempatkan selama enam bulan dalam setahun. Selain itu, Australia juga sedang meningkatkan fasilitas pangkalan udaranya untuk mendukung akses pesawat pengebom AS yang datang.

Menyikapi laporan yang beredar, Albanese menekankan bahwa Australia sedang mencari klarifikasi lebih lanjut dari Indonesia mengenai situasi tersebut. Pernyataan ini menunjukkan kepentingan Canberra untuk menjaga hubungan yang baik dengan Jakarta, terutama dalam konteks stabilitas kawasan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Roy Soemirat, menyatakan bahwa kementerian belum menerima laporan mengenai permintaan Rusia tersebut. Lebih lanjut, pihaknya belum mendapatkan informasi resmi tentang isu ini dari Moskow. Di sisi lain, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles telah berdiskusi dengan Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin. Dalam pertemuan itu, Sjamsoeddin menegaskan bahwa tidak akan ada pesawat angkatan udara Rusia yang ditempatkan di Indonesia.

Pertemuan antara Wakil Perdana Menteri Rusia, Denis Manturov, dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yang berlangsung di Istana Presiden Jakarta, juga menambah konteks mengenai hubungan kedua negara. Meskipun ada kemungkinan dialog tentang kerjasama pertahanan, pernyataan tegas dari pemerintah Indonesia menjadi sinyal bahwa Indonesia berkomitmen menjaga integritas pertahanan udara dan kemitraan strategisnya dengan Australia dan negara-negara barat.

Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, dalam sebuah konferensi pers, menekankan bahwa Indonesia sangat penting bagi keamanan Australia. Hal ini merujuk pada kesepakatan kerja sama pertahanan yang telah dicapai kedua negara pada tahun lalu. Wong juga menegaskan bahwa Australia akan terus memantau situasi ini untuk memastikan keamanan dan stabilitas di kawasan.

Reaksi terhadap laporan ini juga muncul dari pihak oposisi Australia. Pemimpin oposisi Peter Dutton menyatakan bahwa isu ini sangat mengkhawatirkan. Ia meminta pemerintah untuk memberikan pengarahan lebih lanjut mengenai laporan tersebut, menunjukkan bahwa permasalahan ini menarik perhatian semua elemen politik di Australia.

Dengan situasi yang sedang berlangsung, baik Indonesia maupun Australia harus mengelola komunikasi dan tindakan mereka dengan hati-hati untuk menjaga stabilitas kawasan. Penempatan pesawat militer Rusia di Papua, meskipun saat ini belum terjadi, telah menjadi sebuah isu yang berpotensi memicu ketegangan dan membutuhkan perhatian serius dari pemimpin kedua negara. Ketegasan Indonesia dalam merespon permintaan tersebut menegaskan komitmennya untuk tidak memberikan ruang bagi pengaruh asing yang dapat mengganggu kedaulatan dan keamanan nasional.

Berita Terkait

Back to top button