Rupiah Loyo Lagi, Tembus Rp 16.353 per Dolar AS: Apa Sebabnya?

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah dalam perdagangan yang berlangsung pada Jumat, 7 Maret 2025. Data menunjukkan bahwa rupiah terkoreksi sebesar 14 poin atau 0,08 persen, mencapai posisi Rp 16.353 per dolar AS. Penurunan ini mencerminkan trend yang masih ada di pasar valuta asing, di mana banyak faktor eksternal dan internal yang berkontribusi terhadap dinamika nilai tukar.

Menurut kurs referensi yang dikeluarkan oleh Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah tercatat pada angka Rp 16.315 per dolar AS pada sesi perdagangan sebelumnya. Penurunan tersebut membuat para pengamat pasar memperkirakan adanya potensi lanjutan pelemahan nilai tukar rupiah di hari-hari mendatang.

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, dalam pernyataannya kepada media mengungkapkan bahwa indeks dolar masih berada di level 104, meskipun pernah mengalami penurunan ke 103,7 pada perdagangan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dolar AS mengalami fluktuasi, pengaruh terhadap rupiah tetap signifikan.

“Indeks dolar yang relatif kuat membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin besar. Ditambah dengan situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, risiko terhadap aset berisiko masih tinggi,” ungkap Ariston.

Meskipun terdapat penurunan nilai tukar dolar AS yang disebabkan oleh pernyataan Presiden AS, Joe Biden, yang menunda sebagian kenaikan tarif untuk produk dari Meksiko dan Kanada hingga 2 April, dampak tersebut belum cukup membuat rupiah kembali menguat. Ariston menilai bahwa meskipun ada penurunan tarif, kekhawatiran akan pelambatan ekonomi AS akibat kebijakan tarif dapat memberikan efek negatif bagi aset berisiko, termasuk mata uang rupiah.

Ia memperkirakan bahwa hari ini rupiah kembali akan tertekan dan bisa melemah lebih jauh, dengan ekspektasi berada di kisaran Rp 16.360 hingga Rp 16.380 per dolar AS. Hal ini menunjukkan ketidakpastian yang masih menyelimuti pasar, di mana investor cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja rupiah saat ini. Pertama adalah situasi geopolitik global yang seringkali mempengaruhi pasar valuta asing. Ketidakpastian di pasar internasional berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan investor terhadap aset berisiko, termasuk investasi di Indonesia.

Selain itu, perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan naiknya tarif impor dapat menciptakan iklim bisnis yang lebih sulit, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini pada gilirannya dapat mempengaruhi neraca perdagangan dan aliran investasi asing, yang berperan penting dalam stabilitas nilai tukar rupiah.

Di tengah situasi ini, Bank Indonesia (BI) juga berusaha menjaga stabilitas nilai tukar dengan menciptakan kondisi pasar yang mendukung. Saat ini, BI sedang mempersiapkan Rp 3,1 triliun uang kartal dalam menghadapi kebutuhan masyarakat jelang Nyepi dan Lebaran 2025. Langkah ini diharapkan dapat memberikan tambahan likuiditas yang diperlukan dalam perekonomian.

Adanya fluktuasi nilai tukar yang terus menerus ini membuat pelaku pasar harus terus memantau berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pasar. Investor diharapkan dapat membuat perhitungan yang lebih jeli terkait keputusan investasi mereka di tengah ketidakpastian yang ada kini.

Masih banyaknya tekanan terhadap rupiah memberikan gambaran bahwa dinamika pasar valas Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga memerlukan perhatian dan strategi yang matang bagi semua pemangku kepentingan. Dengan pemantauan dan langkah-langkah yang tepat, diharapkan nilai tukar rupiah dapat kembali stabil dalam waktu dekat.

Back to top button