
Dunia musik Indonesia berduka dengan kepergian Titiek Puspa pada 10 April 2025, setelah berjuang melawan pendarahan otak yang menyebabkan akhir hidupnya. Penyanyi dan penulis lagu legendaris ini, yang lahir pada 1 November 1937 dengan nama asli Sudarwati, telah menorehkan prestasi gemilang selama lebih dari tujuh dekade. Namun, di balik kariernya yang cemerlang, Titiek Puspa juga harus menghadapi berbagai tantangan kesehatan yang serius.
Titiek Puspa pertama kali didiagnosis menderita kanker serviks stadium lanjut pada akhir tahun 2009. Pada saat itu, usianya mencapai 73 tahun dan dia menjalani perawatan intensif di Singapura. Kankernya tergolong pada stadium dua hingga tiga, dan rasa sakit yang dialaminya jauh lebih menyakitkan dibandingkan saat melahirkan. Dalam sebuah wawancara, ia menggambarkan keadaan dirinya saat itu, “Saya merasa seluruh tubuh saya hilang. Tidak bisa merasakan tangan, tidak bisa merasakan tubuh.”
Untuk melawan penyakit yang mengancam nyawanya, Titiek tidak hanya bergantung pada pengobatan medis seperti kemoterapi, tetapi juga menekankan pentingnya pendekatan spiritual dalam proses penyembuhan. Ia menemukan ketenangan melalui meditasi, yang ia jalani secara konsisten. “Ketika saya pulang dan mulai meditasi, rasa sakit itu perlahan menghilang,” begitu pengakuan Titiek yang menunjukkan kekuatan mentalnya.
Keberhasilan dalam perawatan kanker tidak bertahan lama, karena Titiek Puspa mengalami masalah kesehatan baru yang berkaitan dengan jantung. Tak lama setelah dinyatakan sembuh dari kanker, ia harus berurusan dengan gangguan jantung yang mengharuskannya untuk memasang alat pacu jantung. Sejak itu, alat pacu jantung menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari, meskipun ia harus membatasi aktivitas fisiknya. Kendati demikian, semangat berkarya tetap menyala, dan ia terus tampil di berbagai acara musik serta kegiatan sosial.
Perjuangan Titiek Puspa tidak berhenti di situ. Pada 26 Maret 2025, saat menjalani syuting, ia mendadak tak sadarkan diri dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Setelah serangkaian pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa ia mengalami pendarahan di otak bagian kiri akibat pecahnya pembuluh darah. Untuk menyelamatkan hidupnya, ia menjalani operasi bedah saraf darurat.
Walaupun awalnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan, kondisi kesehatan Titiek Puspa terus menurun. Selama masa perawatannya, keluarga membatasi kunjungan untuk menjamin privasi dan kenyamanan sang legenda. Namun, perjuangan melawan sakit tidak berlangsung lama. Titiek Puspa mengembuskan napas terakhirnya pada 10 April 2025, menutup perjalanan hidup seorang seniman yang lebih dari sekadar menyuguhkan karya, tetapi juga menginspirasi banyak orang dengan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan.
Kehadiran Titiek Puspa di dunia musik Indonesia tidak akan terlupakan. Ia dikenal tidak hanya lewat suara merdunya dan lirik-lirik lagunya yang inspiratif, tetapi juga melalui keteladanan dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan yang mengujinya sepanjang hidup. Warisannya akan terus hidup dalam ingatan pencinta musik Tanah Air dan seluruh generasi mendatang. Pendekatan bijaknya terhadap masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya memberikan pelajaran tentang keberanian dan semangat juang yang tidak pernah padam.