
Pemerintah Indonesia tengah berusaha mendapatkan perhatian Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada awal April 2025. Dalam langkah ini, tim yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyiapkan sejumlah penawaran untuk merespons kebijakan yang berpotensi berdampak besar terhadap hubungan dagang antara kedua negara.
Dalam pengumuman pada tanggal 2 April, Trump mengajak negara-negara mitra dagang untuk memperhatikan kebijakan baru yang mengatur tarif impor. Meski begitu, ia menyatakan akan menunda penerapan tarif tersebut untuk negara-negara lain selama 90 hari, tidak termasuk China, yang menjadi salah satu fokus utama regulasi perdagangan tersebut.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah Indonesia akan menjalankan diplomasi aktif dengan AS guna membahas dan merundingkan kebijakan tarif ini. “Delegasi Indonesia akan melakukan kunjungan kerja ke AS dari 16 hingga 23 April 2025 untuk bertemu dengan berbagai pihak terkait, termasuk US Trade Representative (USTR), Secretary of Treasury, dan Secretary of Commerce,” ujar Airlangga dalam keterangannya, dikutip pada 15 April 2025.
Upaya pemerintah tidak sebatas untuk merespons tarif boleh yang diusulkan, namun juga mencakup kebutuhan untuk memperkuat hubungan dagang dengan AS. Dalam hal ini, Indonesia berencana memangkas gap neraca perdagangan dengan cara meningkatkan pembelian produk-produk dari AS.
Airlangga menjelaskan bahwa sebagai bagian dari persiapan, pemerintah telah mengirimkan surat resmi kepada USTR dan pihak terkait lainnya serta menyiapkan non-paper proposal yang mencakup berbagai aspek, seperti tarif, Non-Tariff Measures (NTMs), kerja sama perdagangan, investasi, dan sektor keuangan. Langkah tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan dan membuka ruang bagi negosiasi yang saling menguntungkan.
Salah satu langkah strategis yang akan diusulkan adalah menjalin kerjasama investasi swasta antara kedua negara. Menko Airlangga menyatakan, “Kami ingin membahas tidak hanya soal tarif, tetapi juga tentang potensi investasi yang bisa saling menguntungkan.” Dengan menawarkan lebih banyak investasi, diharapkan hubungan ekonomi bisa semakin mendalam dan menguntungkan kedua belah pihak.
Sebagai negara yang mendapat kesempatan pertama untuk melakukan negosiasi, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk berperan aktif dalam dialog perdagangan global. Airlangga percaya bahwa kesempatan ini adalah langkah berharga untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, terutama di tengah ketegangan perdagangan yang terjadi saat ini.
Dampak dari kebijakan tarif yang diumumkan Trump telah menjadi pembicaraan hangat di berbagai forum perdagangan global. Seiring dengan respons dari negara-negara lain, Indonesia memilih strategi diplomatis yang inklusif untuk mencapai hasil optimal. Kebijakan ini bukan hanya untuk melindungi kepentingan domestik tetapi juga untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.
Di tengah situasi ini, Airlangga menegaskan pentingnya kerjasama antara Indonesia dan AS tidak hanya dalam konteks tarif, tetapi dalam berbagai aspek lainnya. Kunjungan ini diharapkan tidak hanya akan membawa hasil yang positif bagi Indonesia, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas perdagangan global. Keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi menjadi tumpuan utama dalam upaya perundingan ini.
Dengan semua persiapan yang dilakukan, Indonesia merintis jalur baru dalam hubungan dagang yang diharapkan dapat memperkuat kerjasama ekonomi dengan AS dan negara-negara lainnya di masa depan.