Raja Juli Antoni Serang Anies di UGM, Netizen: Ngiri Gak Diundang?

Menteri Kehutanan Indonesia, Raja Juli Antoni, baru-baru ini menjadi sorotan di media sosial setelah mengkritik Anies Baswedan yang menyampaikan ceramah di Masjid Kampus UGM. Dalam cuitannya di laman X, Raja Juli menyoroti isi ceramah Anies yang dianggapnya penuh sindiran terhadap pemerintah. Kritik tersebut tidak hanya mencakup konten ceramah, tetapi juga penggunaan masjid sebagai lokasi untuk berpolitik.

Raja Juli Antoni menulis cuitan yang (meski dengan nada kritik) seolah mempertanyakan fungsi masjid, menekankan bahwa masjid seharusnya menjadi tempat ibadah dan bukan arena untuk menyampaikan sindiran politik. “Masjid tempat ibadah (x) Masjid tempat sindir politik (y) Ceramah penuh sindiran dari Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM,” tulisnya.

Kritikan ini justru mendapatkan respons beragam dari netizen. Banyak di antara mereka yang membela Anies Baswedan dan mempertanyakan relevansi komentar Raja Juli. Hingga berita ini ditulis, cuitan tersebut telah menyita perhatian publik dengan lebih dari 8.000 balasan. Sejumlah netizen menganggap kritik Raja Juli tidak pada tempatnya, bahkan ada yang menuduhnya merasa iri karena tidak diundang menjadi pembicara di acara tersebut.

“Ngiri ya gak diundang jadi pembicara di Masjid UGM? Eh emang bisa?” tulis salah satu pengguna. Balasan-balasan tersebut mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap cara Raja Juli menyampaikan kritiknya, serta mempertanyakan fokusnya sebagai seorang menteri yang seharusnya lebih peduli terhadap masalah yang lebih mendesak, seperti banjir yang sering melanda Jakarta.

Netizen lainnya juga memberikan tanggapan pedas, menyoroti kepemimpinan Raja Juli dalam menangani issue lingkungan. “Komennya jauh banget, gak relate banget sama jabatan, noh banjir, aturan komenin tuh banjir Jakarta, gunung dibabatin jadi vila dan resort di puncak, kiriman tu banjir dari Bogor,” ungkap seorang netizen. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang merasa Raja Juli seharusnya lebih fokus pada masalah-masalah yang langsung berkaitan dengan posisinya.

Selain itu, cuitan Raja Juli juga disertai dengan catatan komunitas yang menegaskan bahwa masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga memiliki potensi untuk digunakan secara multifungsi. Namun, hal ini justru menambah bahan cemoohan untuk Raja Juli, dengan beberapa netizen menyebutnya memalukan bagi seorang menteri untuk terasa ‘tidak relevan’ dengan isu yang sedang dibahas.

Situasi ini mencerminkan bagaimana media sosial menjadi arena bagi publik untuk mengekspresikan pendapat dan membela tokoh yang mereka pilih. Diskusi ini semakin hangat ketika Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, pergi ke UGM untuk berbicara dan mendapatkan perhatian positif dari mahasiswa. Dalam konteks politik yang tengah berkembang menjelang pemilihan umum, perdebatan tentang peran dan tanggung jawab seorang pemimpin publik menjadi semakin tajam.

Kritik yang dilontarkan Raja Juli Antoni menunjukkan ketidakpuasan segelintir pihak terhadap Anies Baswedan, tetapi juga mengungkapkan betapa besarnya dukungan yang dimiliki oleh mantan gubernur tersebut di kalangan mahasiswa dan netizen. Hal ini seolah memberi gambaran bahwa isu-isu politik di Indonesia masih sangat dinamis, dan keberanian untuk berbicara di depan publik akan selalu mendapatkan respons yang variatif. Dampak dari kejadian ini kemungkinan besar akan berlanjut, seiring dengan terus berkembangnya diskusi di media sosial dan peningkatan suhu politik menjelang pemilu mendatang.

Berita Terkait

Back to top button