
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan bahwa realisasi investasi pada sektor hilirisasi mencapai angka signifikan, yaitu Rp 136,3 triliun pada kuartal I-2025. Capaian ini mencerminkan peningkatan sebesar 79,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebelumnya tercatat sebesar Rp 75,8 triliun.
Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa angka tersebut menunjukkan pertumbuhan yang melebihi rata-rata tren selama tiga tahun terakhir, yang berkisar antara 23 hingga 24 persen. “Realisasi investasi dari hilirisasi ini mencapai 29,3 persen. Ini adalah indikasi arah baru dalam peta investasi hilirisasi Indonesia,” ujar Rosan dalam konferensi pers yang diadakan pada Selasa, 29 April 2025.
Dari sektor-sektor yang berkontribusi, sektor mineral mendominasi dengan nilai kontribusi mencapai Rp 97,60 triliun, di mana nikel menjadi penyumbang terbesar dengan angka Rp 47,82 triliun. Kemudian, tembaga menyusul dengan Rp 17,70 triliun, serta bauksit yang berkontribusi sebesar Rp 12,84 triliun. Selain itu, sektor perkebunan dan kehutanan juga berperan penting, dengan total kontribusi mencapai Rp 31,13 triliun. Sektor ini didominasi oleh kelapa sawit dan kayu log, yang masing-masing berkontribusi Rp 15,26 triliun dan Rp 11,79 triliun.
Rosan lebih lanjut menekankan pentingnya peningkatan nilai tambah dari komoditas strategis, seperti kelapa sawit. Upaya tersebut akan difokuskan pada pengembangan produk turunan untuk memaksimalkan nilai ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih signifikan.
Dalam perspektif yang lebih luas, perkembangan hilirisasi tidak hanya terbatas pada mineral dan perkebunan. Rosan mencatat bahwa sektor kelautan juga menunjukkan potensi yang menjanjikan. Investasi di bidang perikanan dan kelautan mencapai Rp 1,03 triliun, mencakup komoditas seperti rumput laut, ikan nila, tuna, dan rajungan. “Kami akan mendorong pengembangan lebih lanjut di bidang kelautan sehingga komoditasnya semakin beragam dan menambah kontribusi kita,” tambahnya.
Sektor minyak dan gas bumi juga turut berkontribusi, dengan realisasi investasi mencapai Rp 6,55 triliun. Angka ini terdiri dari investasi di minyak bumi sebesar Rp 3,13 triliun dan gas bumi sebesar Rp 3,42 triliun.
Dalam analisis regional, terdapat lima provinsi dengan realisasi investasi tertinggi pada kuartal I-2025. Sulawesi Tengah menjadi yang teratas dengan nilai Rp 29,73 triliun, diikuti oleh Maluku Utara yang mencapai Rp 18,95 triliun. Sementara itu, Jawa Barat mencatatkan investasi sebesar Rp 13,44 triliun, disusul oleh Jawa Timur dengan Rp 9,81 triliun, dan Banten yang mencapai Rp 8,25 triliun.
Data ini menunjukkan bahwa investasi hilirisasi tidak hanya berhasil dalam meningkatkan angka total, tetapi juga merata di berbagai sektor dan wilayah, menandakan keberhasilan kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Keberlanjutan arah investasi ini menjadi kunci dalam mencapai tujuan jangka panjang pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.