Keputusan Rafael Struick untuk bergabung dengan Brisbane Roar di Liga A Australia pada September 2024 tampaknya tidak berjalan sesuai harapan. Pemain berusia 22 tahun ini, yang memiliki ekspektasi tinggi untuk memperbaiki menit bermainnya setelah masa kurang sukses di ADO Den Haag, kini menghadapi musim yang mengecewakan dengan minimnya kesempatan tampil.
Awal karir Struick di Brisbane Roar terlihat menjanjikan. Dia berhasil mencetak gol perdananya dalam laga kedua bersama tim tersebut, menyuntikkan harapan bahwa performanya akan meningkat seiring jalannya musim. Namun, situasi berubah drastis menjelang akhir tahun 2024. Setelah kembali dari tugas internasional bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Struick hanya bermain dalam empat dari 18 pertandingan tim, yang menunjukkan penurunan signifikan dalam statusnya di tim.
Musim A-League 2024/25 kini telah berakhir, dan Brisbane Roar menutup kompetisi dengan berada di peringkat ke-12 dari 13 tim, meskipun mereka tidak terdegradasi. Catatan ini menunjukkan kinerja buruk secara kolektif, termasuk kontribusi Struick yang sangat minim. Data menunjukkan bahwa ia hanya tampil dalam 10 pertandingan, dengan total waktu bermain hanya 239 menit dan mencetak satu gol.
Mirisnya, di tujuh pertandingan terakhir Brisbane Roar, Struick tidak mendapatkan kesempatan sama sekali untuk bermain, yang mengindikasikan bahwa pelatih tidak lagi mempercayainya. Ketidakberadaannya dalam skuad pada laga terakhir kontra Central Coast menambah spekulasi bahwa karirnya di Brisbane Roar mungkin sudah berakhir. Kontrak Struick yang akan habis pada Juni 2025 membuat situasi ini semakin rumit, dengan kemungkinan besar bahwa tim tidak akan memperpanjangnya.
Di tengah ketidakpastian ini, berbagai klub kini sedang mengevaluasi komposisi skuad mereka untuk musim depan, dan Struick menjadi salah satu pemain yang diprediksi akan dilepas. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kemungkinan kembali ke Liga 1 di Indonesia menjadi opsi realistis bagi striker muda ini. Sebagai pemain yang berlabel Timnas Indonesia, Struick tentu akan menjadi incaran banyak klub lokal yang ingin memperkuat tim mereka dengan talenta yang berpotensi.
Kembali ke Liga 1 bisa jadi bukan langkah mundur, melainkan peluang untuk memulihkan kariernya yang meredup. Menghadapi publik sendiri dan berada dalam lingkungan yang lebih akrab mungkin memberikan dorongan moral dan motivasi baru bagi Struick. Hal ini diharapkan bisa membantunya mengembalikan performa terbaiknya.
Masa depan Rafael Struick kini berada di titik kritis. Ia dihadapkan pada keputusan penting yang dapat memanfaatkan potensi besar yang dimilikinya. Kembalinya ke Indonesia bukan hanya sekedar tentang berganti tim, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk menghidupkan kembali kariernya yang sempat bersinar. Apakah ia akan menemukan performa terbaiknya di Liga 1? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut, namun satu hal yang pasti, Struick perlu segera mengambil langkah yang tepat untuk masa depannya.