
Pasca libur panjang Idulfitri 1446 Hijriah, saham perbankan diperkirakan akan menjadi salah satu sektor yang paling fluktuatif. Fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor, terutama dinamika perekonomian global dan kebijakan tarif yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kenaikan atau penurunan yang tajam pada saham perbankan dapat memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengingat posisi penting sektor perbankan dalam kapitalisasi pasar Indonesia.
Menurut Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, pergerakan saham perbankan saat ini cenderung berada dalam tren sideways, di mana harga saham tidak menunjukkan arah tertentu. “Kalaupun terjadi pergerakan sideways, masih ada harapan fase akumulasi bisa terbentuk,” jelas Nafan. Meski tarif resiprokal yang diterapkan AS dianggap mengganggu perekonomian, Nafan berpendapat efeknya bersifat temporer dan tidak akan mengubah fundamental yang kuat dari emiten-emiten perbankan di Indonesia.
Sektor perbankan merupakan salah satu penentu utama pergerakan IHSG. Dengan kapitalisasi yang besar serta berat pasar yang signifikan, pergerakan saham bank dapat menjadi penentu bagi kinerja indeks tersebut. Ketika terjadi volatilitas, saham perbankan dapat menjadi penyebab melemahnya IHSG, bahkan berpotensi memicu trading halt atau pembekuan perdagangan.
Sejumlah saham bank jumbo turut berkontribusi terhadap penguatan IHSG menjelang libur lebaran. Misalnya, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan lonjakan tajam sebesar 17,91% dalam sepekan sebelum libur dan menjadi penopang utama indeks dengan kontribusi sebesar 70,28 poin. Diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang menguat 9,46%, memberikan kontribusi sebesar 53,71 poin. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga tidak ketinggalan, dengan penguatan 7,59% dan kontribusi terhadap IHSG sebesar 39 poin.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat sebesar 4,03% secara mingguan, berada di level 6.510,620 pada tanggal 27 Maret 2025, meningkat dari level sebelumnya yang tercatat di 6.258,179. Peningkatan ini juga didukung oleh rata-rata nilai transaksi harian yang melonjak 22,26% menjadi Rp18,60 triliun selama periode tersebut.
Namun, meski saham perbankan tampak positif, Nafan Gusta menekankan pentingnya manajemen risiko bagi investor. Ia merekomendasikan agar investor mencermati emiten dengan fundamental yang kuat. “Saham perbankan yang berfundamental positif harus diutamakan, mengingat saat ini banyak yang sudah terdiskon atau undervalued,” tambahnya.
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan, tetapi investor diharapkan tetap cermat dalam mengambil langkah. Dengan volatilitas yang mungkin terjadi, pemahaman akan dasar fundamental perusahaan menjadi sangat penting untuk menavigasi pasar yang penuh ketidakpastian.
Seiring dengan berjalannya waktu pasca libur Lebaran, perkembangan terkini dalam sektor perbankan dan strategi untuk menghadapi tantangan dari perubahan kebijakan global akan menjadi fokus bagi investor. Oleh karena itu, memantau berita dan analisis pasar bisa membantu dalam membuat keputusan yang lebih terinformasi. Prospek saham perbankan ke depan akan tergantung pada bagaimana investor dan pemangku kepentingan lainnya menanggapi perubahan yang ada baik di dalam maupun di luar negeri.