
Hibisc Fantasy Puncak di Bogor, yang baru dibuka pada 11 Desember 2024, kini menjadi sorotan setelah Pemprov Jawa Barat memutuskan untuk membongkar tempat wisata tersebut. Pembongkaran ini dipicu oleh pernyataan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengungkapkan bahwa keberadaan tempat wisata yang didirikan di lahan perkebunan teh ini memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. “Karena tidak dibongkar sendiri, perintah saya bongkar mulai hari ini. Bongkar karena ini menimbulkan problem bagi lingkungan,” ujar Dedi Mulyadi dalam konferensi pers pada 6 Maret 2025, sebagaimana dilansir oleh Antara.
Hibisc Fantasy Puncak memicu polemik di masyarakat karena izin lahan yang diperoleh untuk pembangunan seharusnya 4.800 meter persegi, namun faktanya lahan yang dibangun mencapai 15.000 meter persegi. Selain itu, lokasi yang dipilih seharusnya berfungsi sebagai resapan hujan, sehingga menimbulkan risiko kerusakan lingkungan. Isu-isu tersebut membawa dampak langsung terhadap aktivitas wisata yang baru saja dimulai.
Walaupun baru beroperasi kurang dari tiga bulan, Hibisc Fantasy Puncak menawarkan berbagai atraksi permainan, termasuk bianglala, flying bee, kora-kora, istana balon, kolam renang, dan rumah hantu. Dengan total 21 atraksi, tempat ini diharapkan dapat menarik pengunjung dengan tiket masuk yang bervariasi, mulai dari Rp40.000 untuk tiket reguler dan Rp90.000 untuk tiket terusan.
Keberhasilan konsep tempat wisata ini dikelola oleh PT Jaswita Lestari Jaya, sebagai anak perusahaan dari PT Jaswita Jabar, yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov Jabar. PT Jaswita Lestari Jaya didirikan pada 8 Februari 2018 dengan modal awal Rp60 miliar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, struktur modal dan kepemilikan saham mengalami penurunan drastis. Dari yang awalnya memiliki modal ditempatkan sebesar Rp15 miliar, modal tersebut menyusut menjadi Rp7,5 miliar pada 2021 dan kembali turun menjadi Rp3,9 miliar pada 2022.
Pembongkaran Hibisc Fantasy Puncak ternyata membuat dampak yang signifikan terhadap masyarakat sekitar. Sejumlah warga yang sebelumnya merupakan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut meluapkan kebahagiaan mereka atas pembongkaran bangunan wisata ini. Mereka merasa bahwa keberadaan Hibisc Fantasy Puncak tidak hanya mengganggu ekosistem, tetapi juga mengancam mata pencaharian mereka di area yang berdekatan.
Tindakan Pemprov Jawa Barat untuk membongkar Hibisc Fantasy Puncak menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk menjaga keseimbangan lingkungan di kawasan Puncak, yang dikenal dengan keindahan alam dan pertanian teh yang ikonik. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga memberikan dukungan terhadap langkah gubernur, menekankan pentingnya perlindungan terhadap lahan resapan dan ekosistem yang ada.
Meskipun reaksi dari masyarakat sangat beragam, keputusan untuk membongkar Hibisc Fantasy Puncak memberikan sinyal tegas bahwa perkembangan wilayah tidak dapat mengorbankan keberlangsungan lingkungan. Para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih memahami pentingnya administratif dalam pengembangan proyek-proyek wisata agar dapat sejalan dengan prinsip keberlanjutan lingkungan.
Dalam situasi ini, penyelesaian terhadap isu lahan dan dampak lingkungan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah dan pengelola lokasi wisata di masa depan. Hibisc Fantasy Puncak, yang diklaim sebagai wahana hiburan, berjasa menjadi simbol kesadaran kolektif akan pentingnya melindungi lingkungan sembari tetap berusaha untuk memajukan pariwisata di Tanah Air. Pembongkaran ini hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk mengedepankan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam setiap lini pembangunan.